1.
Resensi
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1)
Identitas Buku
Judul
: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November 2011
Jumlah halaman
: 256 halaman
Warna
sampul : Hijau-coklat
Ukuran
sampul :13.5 x 20 cm
Harga novel : Rp.45.000
Jumlah
cetakan : 264
Kota
terbit : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta
ISBN : 978-979-22-5780-9
No
Produk
: 40101100021
2)
Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami.
Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa.
Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji
masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi
keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap
budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.
3)
Unsur intriksik
a.
Tema : Cinta yang dirahasiakan
dan menyakitkan
b.
Gaya Bahasa:
a)
Hiperbola : Demi
membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke
Jakarta (Hal. 230)
b)
Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)
Personifikasi :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri
kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)
Personifikasi :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal.
13)
c.
Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.
Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·
Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·
Ramah (Disukai banyak orang)
·
Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun
banyak lelaki yang mencintainya)
·
Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
·
Suka iseng
·
Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia
Perasaan Tania dan Danar)
·
Sifat polos yang kental
Ibu
·
Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin
berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh
Danar)
·
Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan
keluarganya yang miskin)
Danar :
·
Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania
yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·
Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya
kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·
Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede,
setelah Ibu meninggal)
·
Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam
hatinya
Ratna:
·
Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar
jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak
berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·
Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania
dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka
menikah)
e.
Alur : Pada awal cerita mundur dan pada akhir
cerita campuran
f.
Latar :
Tempat
: Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu
: Pagi, siang, sore dan malam
Suasana
: Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.
Amanat :
Ceritakanlah
apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan
dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.
Plot :
·
Perkenalan:
Ketika
Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede,
adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar
juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan
Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
·
Pertikaian:
Ketika Danar
hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan
Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·
Klimaks:
Ketika Danar
dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ,
mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·
Antiklimaks:
Ketika
Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya
Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan
tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian
ketika di Indonesia.
4)
Unsur
Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang
dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas
seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang
siapa Tania.
Nilai Moral :
Memberi
pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak
sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti
dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak
rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji
‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu
untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua
kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)
2.
Resensi
Novel Cinta Suci Zahrana
1)
Identitas Buku
Judul
: Cinta Suci Zahrana
Nama pengarang : Habiburrahman
El Shirazy
Penerbit
: Ikwah Publishing House
Terbit : Mei 2011
Cetakan : Pertama
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Jumlah halaman
: 284 halaman
Warna
sampul : Coklat
Ukuran
sampul :15 x 25 cm
Harga
novel : Rp.47.000
Kategori :
Novel Dewasa
ISBN :
978-602-98221-6-8
2)
Sinopsis Novel Cinta Suci Zahrana
Cinta Suci Zahrana menceritakan seorang tokoh yakni Zahrana yang memiliki keinginan untuk
berjuang dalam menuntut ilmu sampai ke jenjang S3 di luar negeri yakni di Cina.
Dengan kegigihannya dalam berjuang melupakan dia dalam membangun rumah tangga.
Namun, orangtua dan temannya menyadarkan dia untuk menikah sebelum melanjutkan
studi S3-nya. Ia pun tersadar dengan sendirinya dan mengubah pendiriannya untuk
mengikuti nasehat dari orangtua dan temannya. Ia mengubah untuk membangun rumah
tangga sebelum melanjutkan studinya. Namun, setelah ia menikah, ia tetap
bertekad untuk melanjutkan studinya di luar negeri seperti yang dicita-citakan.
Zahrana akhirnya memutuskan untuk memilih suami yang berakhlak mulia untuk
dijadikan imam bagi anak-anaknya. Dengan pilihannya tersebut, ia menolak
beberapa lamaran bahkan lamaran Pak Sukarman yang merupakan dekannya yang
sangat ia hormati pun ditolak karena akhlaknya yang kurang baik di mata Zahrana.
Meskpun di umur yang sudah tua yakni 34 tahun, ia tidak perduli, yang penting
baginya adalah impiannya untuk menikah dengan suami yang dapat dijadikan imam
bagi rumah tangganya. Hal ini dilakukan karena Zahrana ingin rumah tangganya
bahagia dan memiliki anak-anak yang saleh.
Kekuatan niatnya akhirnya membuahkan hasil yang ia harapkan. Ia akhirnya
menikah dengan mahasiswanya Hasan. Hasan terkenal dengan watak yang seperti ia
harapkan. Setelah pernikahannya dengan Hasan akhirnya ia melanjutkan studinya
di Cina dengan biaya beasiswa yang dijanjikan salah seorang dosen yang ada di
Universitas tempat Zahrana studi. Akhirnya kebahagiaanlah yang dialami Zahrana.
Kebahagiaan karena impiannya tercapai yakni menikah dengan suami yang berakhlak
mulia dan dapat melanjutkan perjuangannya untuk menuntut ilmu di luar negeri
dengan biaya beasiswa.
3)
Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci
Zahrana
Unsur Intrinsik
a.
Tema
Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel.
Nurgiyantoro (2010:70). Tema dalam novel tersebut adalah cita-cita atau
keinginan yang tulus akan dapat tercapai apabila selalu berusaha, berdoa dan
tawakal. Kegigihan seorang Tokoh Zahrana dalam mengejar cita-cita hingga lalai
dalam membina rumah tangga. Tema tersebut tergambar dari perjuangan seorang
wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan idamannya, yakni yang
tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya demi
kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga. Meskipun ditengah
perjuangannya, banyak kejadian-kejadian yang dapat membuat zahrana kecewa,
namun zahrana tetap sabar dalam menghadapinya.
b.
Alur
Suatu
alur cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita di mana
bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan, sehingga cerita itu kelihatan
menjadi suatu bangunan yang utuh. Alur terbagi dari tiga bagian, yaitu alur
maju, alur mundur dan alur bolak balik. Alur maju adalah alur yang urutan
peristiwanya menceritakan dari awal hingga akhir. Alur mundur adalah alur yang
urutan peristiwanya menceritakan dari kini berbalik ke dulu. Alur bolak balik
adalah alur yang urutan peristiwa berbentuk bolak balik, cerita bergerak maju
lalu kadang mundur dan maju kembali, alur seperti ini juga sering disebut alur
campuran. (Hamidy, 2001: 26).
Berdasarkan
analisis, alur yang digunakan pengarang adalah alur maju. Hal ini dapat dilihat
dari Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi
yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik
penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang
tuanya. “tetapi kenapa orangtuanya
seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan? Saat ia menerima
undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka menanggapinya
biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah undangan
istimewa dan luar biasa” (2011:2) Selanjutnya, orang tuanya mendesak agar
cepat membina rumah tangga, namun ia masih juga belum menemukan pasangan yang
tepat. Kemudian datanglah sesosok pak Karman yang sangat buruk dimata Zahrana,
lamaran itu ditolak. Setelah itu, Zahrana ingin menikah dengan seorang pedagang
kerupuk keliling, tetapi nasib berkata lain, pedagang kerupuk itu meninggal
dunia sehari sebelum resepsi pernikahan. Akhirnya, Zahrana menemukan sosok
Hasan, seorang mahasisiwa yang pernah menjadi mahasiswanya tersebut dan menikah
dengan Hasan. Barulah Zahrana melanjutkan studinya S3 ke China bersama Hasan
untuk S2.
c.
Latar
“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung”. (Stanton, 2007: 35).
Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana memiliki latar tempat di Semarang,
UNDIP, Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di
Masjid.
d.
Sudut
Pandang
Sudut pandang merupakan strategi, teknik,
siasat yang secara segaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya. Sudut pandang terbagi tiga, yaitu: (1) sudut pandang persona ketiga
“Dia”, yang terdiri dari “dia” maha tahu dan “Dia” terbatas, “Dia” sebagai
pengamat. (2) sudut pandang persona pertama: “Aku”, terdirir dari “Aku” tokoh
utama dan “Aku” tokoh tambahan. (3) sudut pandang Campuran. (Nurgiyantoro,
2010:248-266)
Pengarang
mengggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” maha tahu. Terlihat dalam
kutipan berikut ini.
“hari sudah
gelap. Pak Munajat masih di mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap
berada di mushalla sampai isya. Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja
terbata-bata. Zahrana merasa lebih segar tubuhnya. Setelah istirahat, mandi dan
sholat maghrib ia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil
mendengarkan ibunya mengaji”. (2011: 154)
e.
Gaya
Bahasa
Gaya
adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu
yang akan diungkapkan. (Nurgiyantoro, 2010: 227)
Berdasarkan
analisis, pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa bahasa jawa.
Seperti, “yang penting pesan ibu, tutukno
sekolahmu. Sekolaho sak duwur-duwure yo ndukben ora asor uripmu”. (2011:8).
f.
Tokoh
dan Penokohan
“Istilah tokoh
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan perwatakan menunjuk pada penempatan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita”
(Nurgiyantoro, 2010: 165).Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel
tersebut:
1.
Tokoh
Zahrana yang selalu sabar dalam menanti jodoh yang shaleh, yang memiliki
prestasi belajar cukup baik hingga sampai ke China.
2.
Tokoh
kedua orang tua zahrana yang terus mendesak agar cepat menikah dan tak ingin
zahrana terus mengejar prestasinya yang terlalu sering diraihnya.
“Bu! Tanya
anakmu ini, sampai kapan dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan,
dipuji-pujikepinteranny. Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan
begini terus?” kata Pak Munajat lebih keras.(2011:115)
3.
Tokoh
Pak Karman adalah seorang dekan Fakultas Teknik yang memiliki sifat yang buruk,
yang sangat tidak terpuji. Sifat pak Karman yang tergambar jelas dari pesan
singkat, saat Zahrana menolak lamarannya.
”Sedang apa perawan tua?”
”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”. (2011:223)
”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”. (2011:223)
4.
Tokoh
Lina sebagai sahabat zahrana yang baik, yang selalu mendengarkan semua keluhan
zahrana.
“wajah sejik
sahabatnya terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat
sebaik Lina. Meneduhkan dikala gelisah, dekat dikala susah, mengobati dikala
sakit dan mesra dikala bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina”. (2011:21)
g.
Amanat
Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah
seorang harus sabar, tawakal, beusaha dan berdoa dalam menempuh cita-citanya
serta selalulah memohon kepada Allah SWT dalam memilih jodoh.
Unsur Ekstrinsik
a.
Kepengarangan
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY yang lahir di Semarang 30
September 1976. Merupakan alumni dari Universitas Al Azhar. Banyak menulis
karya yang membangun jiwa. Novelnya yang terkenal salah satunya adalah
Ayat-Ayat Cinta. Karyanya sarat akan pesan-pesan islami, pesan-pesan yang
mendidik untuk seluruh umat manusia. Kini selain menulis dan berdakwah, beliau
juga menjadi Liga Sastra Islami Dunia (The International League for Islamic
League) atau Rabithatul Adab Al Islam Al’Alamiyyah, cabang Indonesia,
sebuah wadah bagi sastrawan muslim terkemuka didunia islam yang berpusat di
Riyadh, Saudi Arabia.
Berikut adalah beberapa penghargaan yang
diterimanya:
1. PENA AWARD 2005, Novel Terpuji Nasional, dari forum Lingkar Pena.
2. THE MOST FAVORITE BOOK 2005, versi majalah Muslimah.
3. REPUBLIKA AWARD, sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007.
4. PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008, sebagai sastrawan kreatif yang mampu
menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis
Sastra Asia Tenggara (MASTERA).
b.
Nilai
moral
Moral
merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat
cerita. (Nurgiyantoro, 2010: 320). Pengarang mengharapkan para pembaca agar
mencontoh tokoh Zahrana yang sanagt-sangat peduli dengan pendidikan. Seperti
yang kita ketahui, kebanyakan seorang wanita jarang sekali mengejar
pendidikannya hingga Doktor, namun pengarang menanpilkan tokoh Zahrana yang
mampu mengubah pemikiran tersebut. Tokoh Zahrana juga sangat berhat-hati dalam
memilih jodoh, ia terus berusaha menemukan sosok yang mampu memimpinnya kelak,
seorang suami yang shaleh.
3.
Resensi
Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah
1)
Identitas Buku
Judul
: Di Bawah
Lindungan Ka’bah
Nama pengarang :
Hamka
Penerbit
: Bulan Bintang
Terbit : Oktober 2001
Jumlah halaman
: 84 halaman
Warna
sampul : Coklat-orange
Harga
novel : 10.000
Jumlah cetakan
: 26
Kota
terbit : Jakarta
ISBN : 979-418-063-7
No Produk
: 2001-014.26
2)
Sinopsis
Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Hamid
adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin, sejak berusia empat
tahun ia telah menjadi yatim. Setelah itu ia diangkat anak oleh keluarga Haji
Jafar yang kaya raya. Haji Jafar sangat menyayangi Hamid sama seperti kepada
anaknya, Zainab. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab di Sekolah
rendah.
Hamid
dan Zainab saling menyayangi.Kemanapun mereka selalu bersama-sama. Ketika
keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing tumbuh perasaan lain. Mereka
merasakan kasih sayang yang bukan hadir antara adik dan kakak.Perasan itu hanya
mereka pendam di dalam hati.Hamid tidak berani mengungkapkan isi hatinya,
karena dia sadar bahwa dirinya dengan Zainab memiliki perbedaan yang sangat
jauh.Zainab anak orang kaya dan terpandang, sementara dirinya anak orang
miskin.
Jurang
pemisah itu semakin lama semakin dirasakan Hamid.Berbagai peristiwa membuat
dirinya lemah.Peristiwa yang pertama Haji Jafar meninggal dunia, tidak lama
kemudian disusul oleh ibunya. Kini ia telah yatim piatu yang miskin. Semenjak
kematian Haji Jafar, Hamid tidak bebas lagi menemui Zainab karena Zainab dipingit
oleh mamaknya.
Semakin
bertambah sedih hatinya, ketika mamaknya, Asiah meminta dirinya untuk memebujuk
Zainab supaya mau menerima pemuda pilihan mamaknya.Dengan berat hati Hamid
menurutinya. Zainab sangat sedih, dalam hatinya ia menolak kenyataan itu. Karena
tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid meninggalkan kampung halamannya
tanpa memberitahu kepada Zainab.Ia pergi ke Medan, setelaha di Medan ia
mengirim surat kepada Zainab dengan mencurahkan segala isi hatinya. Dari Medan
ia melanjutkan perjalanan ke Singapura, kemudian ke Tanah Suci Mekah.
Setelah
ditinggalkan oleh Hamid, semangat hidup Zainab semakin berkurang.Ia merasa
tersiksa menahan kerinduan kepada Hamid. Begitupun dengan Hamid, ia selalu
gelisah menahan kerinduan kepada Zainab. Selama di Mekah Hamid bekeraja pada
sebuah penginapan milik seorang syekh, sambil memperdalam ilmu agama dengan
tekun.
Setelah
setahun Hamid berada di Mekah.Suatu ketika tibalah musim haji, di tempatnya
bekerja banyak jemaah haji yang menginap. Diantara jemaah haji itu ada
seseorang yang ia kenal yaitu Saleh teman sekampungnya. Betapa bahagia kedua
bersahabat itu.Selain sebagai teman sepermainannya dahulu, istri Saleh yaitu
Rosna adalah teman dekatnya Zainab. Dari Saleh ia dapat mengetahui tentang
kampungnya dan tentang keadaan Zainab.
Dari
Saleh juga, ia mengetahui kalu Zainab mencintainya juga. Sejak kepergian Hamid,
Zainab sakit-sakitan.Sebab itulah Zainab tidak jadi menikah dengan pemuda
pilihan mamaknya.Sementara orang yang sangat dicintainya pergi entah ke mana.Dia
selalu menanti dengan penuh harap.Mendengar seperti itu perasaan Hamid
bercampur baur, antara bahagia dan sedih.Bahagia karena dia tau Zainab
mencintainya, sedih karena Zainab menderita fisik.Hamid merencanakan kembali
pulang ke kampung halamannya.
Setelah
pertemuan itu, Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna menceritakan
pertemuannya dengan Saleh. Rosna langsung memberikan surat itu kepada Zainab.
Betapa bahagianya hati Zainab mendapat kabar itu, semangat hidupnya tumbuh lagi
dan ia merasa semakin rindu kepada Hamid. Ia pun langsung menulis surat untuk
Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita. Semakin bergeloralah semangatnya
untuk menyelesaikan ibadah haji, agar ia cepat-cepat dapat pulang ke kampung
halamannya. Dalam keadaan sakitpun ia tetap wukup. Kondisi tubuhnya semakin
melemah, nafsu makannya menurun dan suhu badannya sangat tinggi.
Karena
keadaannya yang kurang stabil, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang
Zainab.Namun Hamid mempunyai firasat, karena desakannya akhirnya Saleh memberitahukan
bahwa Zainab telah meninggal.Keesokan harinya Hamid tetap memaksakan diri untuk
berangkat ke Mina, namun dalam perjalanan dia lunglai.Karena melihat sahabatnya
seperti itu, Saleh mengupah orang baduy untuk memapah Hamid.Setelah acara di
Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram.Setelah mengelilingi Ka’bah, Hamid
minta diberhentikan di Kiswah.Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti
untuk selama-lamanya.
3)
Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a.
Tema
Tema
dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA) ini bertemakan tentang cinta terhalang kelas sosial. Ini dibuktikan
dengan kutipan berikut. Mustahil dia akan dapat menerima cinta saya, karena dia
langit dan saya ini bumi, bangsanya tinggi, dan saya hidup darinya tempat buat
lekat hati Zainab. Jika kelak datang waktunya orang tua bermenantu, mustahil
pula saya akan termasuk dalam golongan orang yang terpilih untuk menjadi
menantu Engku Haji Ja’far. Karena tidak ada yang akan diharapkan dari saya.
Tetapi Tuan… kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
Kutipan
di atas menggambarkan semua persoalan tentang novel.Dimana Hamid saat itu
menimbang diri dengan kenyataaan yang ada.Dia merasa tak sederajat dengan
Zainab, hingga berbelit-belit masalah dalam pikirannya. Disisi lain ia tak
dapat membohongi hatinya sendiri bahwa ia mencintai Zainab, tapi disisi lain ia
juga sadar dengan keadaan dirinya yang tak punya apa-apa.
Selain
temanya “Cinta terhalang kelas sosial,” penulis menafsirkan tema yang lain
yaitu “Kasih tak sampai”. Ini dibuktikan dengan keduanya (Hamid dan Zainab)
mengetahui perasaan masing-masing, tetapi setelah kebahagiaan mengetahui
perasaan masing-masing itu mereka menderita menahan rindu. Zainab karena tak
kuatnya menahan rindu kepada Hamid ia menjadi sakit-sakitan, sampai ia
meninggal dunia. Disusul pula dengan Hamid, Hamid meninggal ketika sedang
tawaf.Sebelum mereka bertemu dalam ikatan yang sah atau menikah keduanya telah
dipanggil oleh Allah SWT.
Kematian
Hamid dibuktikan dengan kutipan berikut. Dibibirnya terbayang suatu senyuman
dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini.,
dengan keizinana Tuhannya. Di bawah lindungan ka’bah! Sementara kematian Zainab
dibuktikan dalam surat Rosna kepada Saleh dengan kutipan berikut.Pada malam 9
Zulhijjah panasnya naik dari biasa. Kira-kira pukul 2 tengah malam dipandangnya
adinda tenang-tenang, kemudian pula album yang terletak di meja tulisnya;
adinda pun mengertilah apa yang dimaksudnya. Adinda ambil album itu dan adinda
buka.Demi dilihatnya gambar Hamid, jatuhlah dua tetes air mata yang bulat dari
mata yang telah cekung itu, diambilnya tangan adinda dan tangan ibunya,
dibawanya kedadanya. Maka dengan berangsur-angsur laksana lampu yang kehabisan
minyak, bercerailah badannya dengan sukmanya
b.
Alur/Plot
Susunan
alur atau plot dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
·
Pengarang mulai melukiskan keadaan
Cerita
ini dimulai saat pengarang melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah
haji. Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang
syekh yang pekerjaan dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang
haji. Di tempat tumpangan itu si Aku bertemu dengan seorang pemuda yang berusia
kira-kira 23 tahun. Pemuda itu menurut syekh berasal dari Sumatra. Dalam
beberapa hari si Aku dapat berkenalan dengannya. Tetapi baru saja dua bulan si
Aku bergaul dengannya, pergaulan itu terusik oleh seorang jemaah dari Padang.
Nama Jemaah yang baru itu yaitu Saleh dan sahabat saya sebelumnya yaitu bernama
Hamid. Karena merasa penasaran dengan perubahan sifat itu, suatu malam si Aku
memberanikan diri menanyakan sebab perubahan sifat itu.
·
Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
Fase ini
merupakan fase yang menceritakan Hamid memiliki perasan yang lain terhadap
Zainab. Perasaan sayang yang dahulu dirasakan seorang kakak terhadap seorang
adik, tetapi kini perasaan itu berubah menjadi rasa sayang seorang seorang
laki-laki remaja terhadap gadis remaja.
Bermula
saat Hamid dan Zainab tamat tamat sekolah. Seperti biasa karena Zainab anak
perempuan ia tidak melanjutkan sekolah, sementara Hamid karena anak laki-laki
ia dapat meneruskan sekolah. Itu pun karena bantuan dari Engku Haji Ja’far.
Hamid melanjutkan cita-citanya itu di Padang Panjang. Tetapi sejhak ia pindah
ke Padang Panjang, ia merasa kesepian. Ia merasa kehilangan teman yang selalu
menemaninya Zainab.
·
Keadaan mulai memuncak
Pada
fase ini diceritakan bahwa Hami2d mendapatkan musibah besar yang tak
disangka-sangkanya secara berturut-turut, yaitu meninggalnya Haji Jafar dan
ibunya. Semenjak kepergian Haji Ja’far itu, semuanya menjadi berubah. Hamid tak
dapat leluasa menemui Zainab, karena Zainab telah dipingit oleh mamaknya.
·
Peristiwa mencapai klimaks
Fase ini
merupakan fase yang sangat dahsyat dalam perjalanan cerita. Sudah sedih
kehilangan dua orang yang sangat dicintai yaitu Haji Ja’far dan Ibunya, kini ia
dihadapkan pada satu perintah yang bertolak belakang dengan keinginanya. Mak
Asiah meminta Hamid untuk melunakan hati Zainab supaya Zainab mau
dipertunangkan dengan seorang laki-laki kemenakan almarhum haji Ja’far yang ada
di Padang Hulu.
·
Pengarang memberikan pemecahan soal dari semua
peristiwa
Ketika
di Mekah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan
menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid
tentang keadan di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat
bahagia Hamid. Saleh juga memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tau
hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang kebetulan Rosna adalah teman
sepermainannya Zainab. Dibuktikan lagi dengan surat yang dikirim Zainab kepada
Hamid.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas susunan alur/plot novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Karaya Haji Abdul Malik Karim Amrulla (HAMKA) dapat dikatakan sebagai plot
sorot balik atau flasback.
c.
Tokoh
dan Perwatakan
1) Hamid
sebagai tokoh utama karena Hamid digambarkan dalam cerita hampir menjelajahi
seluruh persoalan.
2) Zainab
sebagai tokoh utama karena Zainab tokoh yang menjadi kejaran Hamid dan hampir
menjelajahi seluruh persoalan.
3) Ibu
sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya hanya saat-saat tertentu dan tidak
menjelajahi seluruh persoalan dalam cerita.
4)
Haji Ja’far sebagai tokoh bawahan karena
kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
5)
Mak Asiah sebagai tokoh bawahan karena
kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
6)
Saleh sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya
dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
7)
Rosna sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya
dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
d.
Penggambaran
watak tokoh-tokoh
1)
Tokoh
Hamid
Tokoh
Hamid mempunyai watak berubah/roud character. Pada bagian lain Hamid
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tabah dan sabar serta tegar. Pada
penggambaran ini dinamika kepribadian Hamid yang dominan yaitu superego yang
menguasai aspek atau tugas kerja id dan ego…sehingga Hamid berperilaku baik dan
taat kepada nilai dan norma, baik norma hukum, sosial, dan agama. Hamid seorang
anak muda yang baru berusia kira-kira 23 tahun, badannya kurus lampai,
rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung seorang diri.
2)
Zainab
Zainab
mempunyai watak berubah/roud character. Tokoh Zainab ini digambarkan oleh
pengarang mengalami perubahan wataknya, setelah terjadi peristiwa, yaitu: Hamid
pergi tanpa memberi tahu dirinya. Zainab seorang gadis yang baik, walaupun ia
anak orang kaya tetapi dia mau berteman dengan orang miskin.
Zainab
lahir dan tumbuh pada keluarga kaya dengan didikan orang tua yang memegang
agama, peramah, dan mencintai orang miskin. Sehingga wataknya tak jauh dari
dari kedua orang tuanya yaitu rendah diri. Zainab seorang gadis yang lemah. Zainab
menjadi putus asa.
3)
Tokoh
Haji Ja’far
Tokoh
Haji Ja’far mempunyai watak datar atau flat character. Dalam cerita ini, Haji
Ja’far intensitas keterlibatanya hanya digambarkan sedikit, itu pun memiliki
watak tidak berubah. Haji Ja’far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
4)
Mak
Asiah
Mak Asiah
mempunyai watak datar/flat character, karena intensitas keterlibatannya juga
sedikit. Sama halnya dengan dengan Haji Ja’far, Mak Asiah pun memiliki watak
dermawan dan rendah hati, serta memiliki rasa belas kasihan. Watak Mak Asiah,
yaitu: penyayang. Mak Asiah memiliki watak hatinya mudah tersentuh, ketika
mendengar kesusahan orang lain.
5)
Tokoh
Ibu
Ibu
digambarkan menjadi seorang tokoh yang mengalami perubahan watak. Pada bagian
lain ibu memiliki watak putus asa, tetapi dibagian lain lagi ibu memiliki watak
tidak putus harapan. Kadangkala ibu seorang pemarah, seorang yang penuh kasih
sayang. Ibu bersifat sabar. Ibu juga memiliki sifat penyayang, ia tidak
menginginkan Hamid sedih, dan ia juga tidak mengharapkan anaknya tak punya
teman, sehingga disuruhya Hamid untuk bermain.
6)
Tokoh
Saleh
Tokoh
Saleh mempunyai watak berubah/roud character. Pada sisi lain Saleh memiliki
watak susah memegang rahasia, tapi pada sisi lain lagi ia seorang yang setia
kawan.
7) Tokoh Rosna
Tokoh
Rosna mempunyai watak flat character atau watak datar. Dari awal sampai akhir
watak Rosna digambarkan tidak ada perubahan. Rosna memiliki watak setia dan
teguh hati. Rosna juga memiliki watak mudah tersentuh.
8)
Tokoh
Aku (Pengarang)
Tokoh
aku memiliki watak datar. Tokoh aku
memiliki watak lemah hati.Tokoh Aku memiliki watak mudah dipercaya.
e.
Latar
atau Setting
1)
Latar
Tempat
a. Di Mekah b.
Di Kota Padang
c. Di Rumah d.
Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang f. Di Padang Panjang
g. Pekuburan Ma’ala
2) Latar Waktu
a. Tahun 1927 b.
Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah d. Pagi
e. Hari Minggu f.
Malam
g. Sore
3)
Latar
Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial keagamaan
b. Lingkungan sosial penghasilan rendah
4)
Latar
Suasana
a. Suasana sedih
b. Suasana Bahagia
f.
Gaya
1.
Gaya pengarang
Gaya
pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan bentuk narasi dan
deskripsi. Pengarang mengungkapkan tema yang dipilihnya dengan bahasa yang
halus, disertai dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan keagamaan. Dia
memilih susunan peristiwa agak berbelit-belit, karena dalam cerita ada sebuah
cerita, sehingga membutuhkan ketelitian bagi pembaca. Tokoh yang ditampilkan
diungkapkan secara terang-terangan. Untuk setting banyak perubahan, pada bagian
awal latar tempat digambarkan di Mekah, pada penggambaran selanjutnya dibeda
tempat, sehingga susah dicerna oleh pembaca. Dia menyusun plot tanpa dimulai
dari awal, tetapi pada bagian amanat sangat jelas tergambar. Hal tersebut dapat
dilihat dari bukti di bawah ini.
a. Bahasa-bahasa yang digunakan berhubungan
dengan keagamaan.
b. Karakter-karakter tokoh yang ditampilkan
diungkapkan secara terang-terangan.
c. Setting tempat banyak perubahan.
2.
Gaya bahasa
Gaya
bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai
berikut.
a. Gaya bahasa asosiasi b. Gaya bahasa hiperbolisme
c. Gaya bahasa antithese d. Gaya bahasa personifikasi
e. Gaya bahasa repetisi f. Gaya bahasa klimaks
g. Gaya bahasa euphimisme h. Gaya bahasa
metaphora
i. Gaya bahasa pleonasme
g.
Amanat
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di
Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah
sebagai berikut:
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih
bijak dan memahami perasaan orang lain, serta harus bersabar dan dapat menerima
kenyataan walau menyakitkan.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan
mempertahankan cinta.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di
Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah
sebagai berikut:
a) Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta
dengan jalan lurus, artinya harus dengan jalan ridho Ilahi.
b) Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya
akan membawa duka.
c) Belajarlah dengan sungguh-sungguh.
4.
Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
1)
Identitas Buku
Judul
: Rumah Tanpa
Jendela
Nama Pengarang :
Asma Nadia
Penerbit
: PT.
Kompas Media Nusantara
Kota Terbit :
Jakarta
Tahun Terbit : 2011
Warna Sampul : Putih
Ukuran Sampul :
21 cm
Harga Novel : Rp 68.000
Jumlah Cetakan
: Empat
Jenis Novel : Drama Populer
2)
Sinopsis Rumah Tanpa
Jendela
Rara
adalah gadis kecil berusia 8 tahun, rara sangat ingin punya jendela di rumahnya
yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para
pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.
Si
Mbok adalah nenek Rara yang sakit-sakitan dan ayahnya bernama Raga yang
berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat
atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga
punya Bude, yaitu Bude Asih.
Bersama
teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum pergi ngamen atau ngojek payung
jika hari sedang hujan, Rara menyempatkan untuk sekolah di tempat sederhana
yang khusus untuk anak jalanan. Bu Alya satu-satunya pengajar sukarelawan
disekolah itu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung agar dapat
mengenal huruf dan dapat berhitung.
Di
tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta, Aldo seorang anak lelaki berusia
11 tahun yang sedikit mengalami keterbelakangan mental, merindukan seorang
teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak
bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahril dan Nyonya Ratna . Kehadiran Nek
Aisyah menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya. Di
antara keluarga yang dimiliki aldo hanya nek aisyah yang sangat mengerti aldo.
Kaka aldo sempat menolak memiliki adik seperti aldo, hingga sang kakak malu
memiliki adik yang mengalami keterbelakangan mental.
Suatu
hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan
terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Sejak pertemuan itu
aldo dan rara menjadi sahabat dimana rara sebagai teman terdekat yang dimiliki
aldo,karena jarang ada yang berteman dengan aldo karena aldo memiliki kelainan.
Kepada rara aldo menceritakan segala apa yang dirasakan aldo mulai dari
penghinaan,pengkucilan dan pengasingan yang dirasakan aldo, rara adalah teman
yang baik yang dimiliki aldo,rara selalu memberikan semangat pada aldo untuk
selalu percaya diri dan tidak bersedih. Rara membuat aldo yakin bahwa apa yang
dimiliki aldo sangat berarti dari pada yang dimilki oleh rara. Rara
menceritakan pada aldo keinginannya mempunyai rumah dengan jendela yang banyak
dan di kelilingi tanamanan. Namun, ayah rara yang berpenghasilan minim dan
lingkungan rumah yang tidak memungkinkan rara memiliki rumah indah sesuai
impiannya. Rara mengajarkan lewat impiannya bahwa kita harus berani bermimpi
dan berharap walaupun di atas kekurangan yang kita miliki. Hingga suatu hari
Perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah
Aldo semua panik karena karena Aldo meninggalkan rumah, aldo pergi karena
kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu
memiliki adik seperti dirinya.
Saat
itu aldo pergi dan memilih untuk pergi kerumah rara. Namun disana sedang
terjadi kebakaran dan aldo sulit menemukan rara. Saat itulah aldo pergi menuju
sekolahnya. Disaat itu aldo merasa bahwa dirinya tak berdaya dan sangat
menyusahkan orang lain. Pada raralah aldo menceritakan apa yang ia inginkan
begitu pula sebaliknya. Saat itu aldo memberikan kesempatan pada rara untuk
tinggal dirumah aldo yang ketika itu rara ditinggalkan oleh ayahnya
selama-lamanya. Sebelum terjadi kebakaran ayah rara mempersiapkan sebuah
jendela untuk rara, namun tuhan berkata lain rara harus kehilangan ayahnya
sekaligus rumahnya.
·
Tokoh-tokoh dalam cerita:
a. Rara
gadis kecil berusia 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil
berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung
tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.
b. Si Mbok,
neneknya Rara - yang sakit-sakitan dan ayahnya.
c. Raga yang berjualan ikan hias dan tukang sol
sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar
daun jendela dan kusennya saja.
d. Rara
juga punya Bude, yaitu Bude Asih.
e. Bersama
teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika
hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan.
f. Bu Alya satu-satunya
pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung
tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta.
g. Aldo
anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman
di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu
dari pengusaha sukses.
h. Pak Syahri dan Nyonya Ratna adalah orangtua
dari Aldo.
i.
Kehadiran Nek Aisyah, Ibu Pak Syahri menjadi
penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.
5.
Resensi Novel Laskar Pelangi
1)
Identitas Buku
Judul
: Laskar Pelangi
Nama pengarang :
Andrea hirata
Penerbit
: Bentang Pustaka
Tahun
Terbit : Januari 2008
Cetakan :
17
Kota Terbit :
Yogyakarta
Jumlah halaman
: 534 halaman
Warna
sampul : Merah-Hitam
Ukuran
sampul : 20,5 cm
Harga
Novel : Rp 56.000
Jenis
Novel : Drama Populer
ISBN :
979-3062-79-7
2)
Sinopsis Laskar
Pelangi
Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah.
Saat itu menjadi saat yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di
SD Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong,
Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan
ditutup jika murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua sangat
cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan
anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi
ini berada.
Saat
semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan mental. Ia
menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta menyelmatkan
berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai
dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan
mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika
ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh
Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai
pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya
ke sekolah.
Semua
kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang
mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang meupakan guru
terbaik yang mereka milikilah yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka.
Karena bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun
senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya kelas
tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal dan
kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.
Seperti
saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal disuruholeh Bu Mus
untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh cinta pada kuku A
Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu. Kemudian ia tahu
bahwa pemilik kuku yang indah tersebut adalah A Ling, Ikal pun jatuh cinta
padanya. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling pindah
untuk menemani bibinya yang sendiri.
Kejadian
tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk perlombaan semacam karnaval.
Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara tersebut. Mereka para
laskar pelangi menari sperti orang kesetanan, hal tersebut dikarenakan kalung
yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan hanya ada di Balitong, merupakan
tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil mereka pun menari layaknya
orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua itu akhirnya SD Muhammadiyah
dapat memenagkan perlombaan tersebut.
Namun,
pada uatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan ari SD PN, ia
masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD Muhammadiyah
tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya terutama Mahar, yang
duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak tersebut nilai Mahar
seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat bu Mus marah dan kecewa.
Hari-hari
mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis. Namun di balik semua
kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang yakni anggota laskar
pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di acungi jempol. Ia rela
menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari rumahnya ke sekolah hanya
untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh meski saat perjalanan
menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang terdapat buaya di
dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas. Terbukti saat ia, Ikal,
dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan cerdas cermat. Ikal dapat
menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah
dan terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia memenangkan lomba cerdas
cermat.
Namun
sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan perpisahan
seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintangdan awan-kawan membuktikan
bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat membuat
seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah yang dapat
mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah perlombaan tersebut
Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-kawan Lintang dan juga bu
Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya, Lintang tidak dapat melnjutkan
sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut
menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi anggota laskar pelangi. Beberapa
tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka semua banyak mendapat
pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD Muhammadiyah. Tentang sebuah
persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan diajarkan oleh bu Muslimah,
serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan. Ikal akhirnya bersekolah di
Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainnya menjadi seseorang yang dapat
membanggakan Belitung.
6.
Resensi Novel Perahu Kertas
1)
Identitas Buku
Judul
: Perahu Kertas
Nama pengarang :
Dewi Lestari/ Dee
Penerbit
: Bentang Pustaka
Tahun
Terbit : 2012
Jumlah halaman
: 444 halaman
Warna
sampul : Biru-putih
Ukuran sampul : 20 cm
Harga
Novel : Rp 62.000
Jumlah cetakan
: 20 Cetakan
Kota Terbit :
Yogyakarta
Jenis
Novel : Drama Populer
2)
Sinopsis Perahu
Kertas
Novel
Perahu Kertas dimulai dengan
kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia seorang remaja yang baru saja
menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda, tepatnya di Amsterdam.
Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya, bersama sang
nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa
untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. Keluarganya tidak mendukung Keenan
menjadi seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu
Universitas di Bandung. Ia mengalah dan memutuskan untuk belajar di Fakultas
Ekonomi.
Tokoh sentral lainnya adalah wanita bertubuh mungil bernama Kugy.
Ia digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan
yang cenderung dingin dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang eksentrik pun
nyentrik. Ia akan sangat mudah dikenali jika ada di dalam kerumunan. Kugy
menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi
seorang penulis dongeng. Ia memiliki sejumlah koleksi buku dongeng, ingin
penjadi seorang perancang dongen pun juru dongeng. Namun di tengah impiannya
yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan profesi
yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya demi
sebuah rasionalitas pun realisme. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah
arang. Ia mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan
pendidikannya di Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat
kuliah yang sama dengan tokoh lainnya, Keenan.
Pertemuan antara kedua tokoh ini tak terlepas dari tokoh lain yakni
Noni dan Eko. Noni tokoh pendukung cerita yang merupakan sahabat dekat Kugy.
Sementara itu, Eko adalah sepupu Keenan. Pertemuan pertama Kugy dan Keenan
adalah momen dimana Eko dan Noni menjemput Keenan yang baru tiba di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, Kugy pun Keenan menjalin persahabatan
bersama Eko dan Noni. Diam-diam, mereka saling mengagumi. Kugy yang senang
bercerita lewat dongeng merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang
mampu bercerita lewat gambar. Mereka diam-diam jatuh cinta dalam diam. Namun,
kondisi menuntut mereka untuk terus diam dan menebak. “Diam”-nya mereka
terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi dikarenakan Kugy telah memiliki
pacar bernama Ojos atau Joshua. Sementara itu, Keenan yang belum memiliki
pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Wanda sendiri adalah
seorang Kurator. Hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat mendekatkannya
dengan Keenan yang jago melukis.
Persahabatan Kugy, Keenan, Eko dan Noni berjalan apa adanya. Namun
lambat laun mereka renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia
menjadi salah satu guru relawan. Ia mengajar dengan cara mendongeng. Anak-anak
yang semula usil pada Kugy, berbalik suka berkat dongeng petualangan berjudul
“Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Dongeng tersebut dituliskan Kugy dalam
sebuah buku. Di waktu mendatang, buku
dongeng tersebut ia berikan pada Keenan.
Lain lagi dengan Keenan, ia juga sibuk dengan kehidupannya termasuk
kedekatannya dengan Wanda. Pada mulanya, hubungan mereka baik-baik saja. Namun,
beberapa waktu hubungan tersebut menjadi pelik dan menghentak Keenan. Ia
menyadari bahwa apa yang ia berusaha bangun, hancur dalam hitungan waktu
semalam. Ia sedih, remuk dan kecewa. Keenan pun memutuskan untuk meninggalkan
Kota Bandung menuju Kota Bali. Di Pulau Dewata tersebut, Keenan tinggal dengan
Pak Wayan. Sahabat ibunya.
Sebelum pergi, Kugy memberi Keenan buku dongen “Jenderal Pilik dan
Pasukan Alit”. Keenan membawanya ke Bali. Di tempat Pak Wayan, perlahan Keenan
membangun hidup dan mimpinya kembali. Ia hidup bersama banyak seniman dan
menjadikan naluri seninya dalam melukis semakin terasah. Di Bali, Keenan
mengagumi Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Pada akhirnya, Setelah beberapa
waktu, Keenan menjadi salah satu pelukis yang karyanya diburu. Ia menciptakan
serial lukisan yang digemari kolektor. Kisah tersebut adalah dongeng yang
sebelumnya Kugy berikan.
Sementara itu, selepas kuliah Kugy kembali ke Jakarta dan menjadi
seorang Copywriter. Ia kemudian menjalin hubungan dengan atasannya yang juga
merupakan karib kakaknya. Ia dan Remi menjalin hubungan meski diam-diam Kugy
masih sering mengenang Keenan. Sampai suatu waktu, Kugy kembali bertemu dengan
Keenan yang terpaksa meninggalkan Bali karena ayahnya terkena serangan stroke.
Keenan harus melanjutkan perusahaan ayahnya. Pertemuan Kugy dan Keenan di
kondisi yang berbeda ini membuat mereka tak bisa lagi menahan perasaan
masing-masing. Konflik dimulai dari sini.
Secara umum, Dee mengemas cerita cinta ini dengan sederhana namun
sarat makna. Kisah ini tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga
kebali bermuara seperti perahu kertas. Melalui Kugy dan Keenan, Dee menyajikan
cerita cinta yang biasa namun dalam. Pemilihan kata serta alur taktis membuat
kisah di dalam novel Perahu Kertas ini menarik untuk dibaca. Meski temanya
teramat ringan, namun signatur dee dalam derita ini sama memikatnya dengan buku
bertema berat milik dee lainnya.
7.
Resensi Novel Layar Terkembang
1)
Identitas Buku
Judul
:
Layar Terkembang
Nama pengarang :
Sutan Takdir Alisabana
Penerbit
:
Bentang Pustaka
Tahun Terbit :
1999
Warna
sampul : Coklat
Harga
Novel : Rp 30.000
Kota Terbit :
Yogyakarta
Jenis Novel : Roman
2) Sipnosis Layar Terkembang
Tuti dan Maria adalah kakak beradik, anak dari Raden Wiriatmadja mantan
Wedana daerah Banten. Sementara itu ibu mereka telah meninggal. Meskipun mereka
adik-kakak, mereka memiliki watak yang sangat berbeda. Tuti si sulung adalah
seorang gadis yang pendiam, tegap, kukuh pendiriannya, jarang sekali memuji,
dan aktif dalam organisasi-organisasi wanita. Sementara Maria adalah gadis yang
periang, lincah, dan mudah kagum.
Diceritakan pada hari Minggu Tuti dan
Maria pergi ke akuarium di pasar ikan. Di tempat itu mereka bertemu dengan
seorang pemuda yang tinggi badannya dan berkulit bersih, berpakaian putih
berdasi kupu-kupu, dan memakai kopiah beledu hitam. Mereka bertemu ketika
hendak mengambil sepeda dan meninggalkan pasar, pada saat itu pula mereka
berbincang-bincang dan berkenalan. Nama pemuda itu adalah Yusuf, dia adalah
seorang mahasiswa sekolah tinggi kedokteran. Sementara Maria adalah murid H.B.S Corpentier Alting Stichting dan
Tuti adalah seorang guru di sekolah H.I.S
Arjuna di Petojo. Mereka berbincang samapai di depan rumah Tuti dan Maria.
Yusuf adalah putra dari Demang Munaf
di Matapura, Sumatra Selatan. Semenjak pertemuan itu Yusuf selalu
terbayang-bayang kedua gadis yang ia temui di akuarium., terutama Maria. Yusuf
telah jatuh cinta kepada Maria sejak pertama kali bertemu, bahkan dia berharap
untuk bisa bertemu lagi dengannya. Tidak disangka oleh Yusuf, keesokan harinya
dia bertemu lagi di depan hotel Des Indes.
Semenjak pertemuan keduanya itu, Yusuf
mulai sering menjemput Maria untuk berangkat sekolah serta dia juga sudah mulai
berani berkunjung ke rumah Maria. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat
hubungan kedua remaja itu tampak bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibukan oleh
kegiatan-kegiatan nya dalam kongres Putri Sedar yang diadakan di Jakarta, dia
sempat berpidato yang isinya membicarakan tentang emansipasi wanita. Tuti
dikenal sebagai seorang pendekar yang pandai memilih kata, dapat membuat setiap
orang yang mendengarnya tertarik dan terhanyut.
Sesudah ujian doctoral pertama dan kedua berturut-turut selesai, Yusuf pulang ke
rumah orang tuanya di Martapura, Sumatra Selatan. Selama berlibur Yusuf dan Maria saling mengirim
surat, dalam surat tersebut Maria mengatakan kalau dia dan Tuti telah pindah ke
Bandung. Kegiatan surat menyurat tersebut membuat Yusuf semakin merindukan
Maria. Sehingga pada akhirnya Yusuf memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta
dan ke Bandung untuk mengunjungi Maria. Kedatangan Yusuf disambut hangat oleh
Maria dan Tuti. Setelah itu Yusuf mengajak Maria berjalan-jalan ke air terjun
Dago, tetapi Tuti tidak dapat meninggalkan kesibukannya. Di tempat itu Yusuf
menyatakan perasaan cintanya kepada Maria.
“Maria, Maria, tahukah engkau saya
cinta kepadamu?”
“Lama benar engkau menyuruh saya
menanti katamu…”
Setelah kejadian itu, kelakuan Maria
berubah. Percakapannya selalu tentang Yusuf saja, ingatannya sering tidak
menentu, dan sering melamun. Sehingga Rukamah sering mengganggunya. Sementara
hari-hari Maria penuh kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak
membaca buku. Sebenarnya pikiran Tuti terganggu oleh keinginannya untuk
merasakan kemesraan cinta. Melihat kemesraan Maria dan Yusuf, Tuti pun ingin
mengalaminya. Tetapi Tuti juga memiliki ke khawatiran terhadap hubungan Maria dan Yusuf. Kemudian Tuti
menasehati Maria agar jangan sampai diperbudak oleh cinta. Nasihat tulus Tuti
justru memicu pertengkaran diantara mereka dan memberikan pukulan keras terhadap
Tuti.
“Engkau rupanya tiada dapat diajak
berbicara lagi,”kata Tuti amarah pula, mendengar jawaban adiknya yang tidak
mengindahkan nasihatnya, “Sejak engkau cinta kepada Yusuf, rupanya otakmu sudah
hilang sama sekali. Engkau tidak dapat menimbang buruk-baiknya lagi. Sudahlah!
Apa gunanya memberi nasihat orang serupa ini?”
“Biarlah saya katamu tidak berotak
lagi. Saya cinta kepadanya, ia cinta kepada saya. Saya percaya kepadanya dan
saya hendak menyerahkan seluruh nasib saya ditangannya, biarlah bagaimana
dibuatnya. Demikian kata hati saya. Saya tidak meminta dan tidak perlu
nasihatmu. Cinta engkau barangkali cinta perdagangan, baik dan buruk ditimbang
sampai semiligram, tidak hendak rugi barang sedikit. Patutlah pertunanganmu
dengan Hambali dahulu putus!”
“Tutup mulutmu yang lancang itu,
nanti saya remas.”
Dari kejadian itu, Tuti sama sekali
tidak berbicara dengan Maria, juga dia merasa sendiri dan sepi dalam
kehidupannya. Ketika Maria mendadak terkena penyakit malaria dan TBC, Tuti pun
kembali memperhatikan Maria, Tuti menjaganya dengan sabar. Pada saat itu juga
adik Supomo datang atas perintah Supomo untuk meminta jawaban pernyataan
cintanya kepada Tuti. Sebenarnya Tuti sudah ingin memiliki seorang kekasih,
tetapi Supomo dipandangnya bukan pria idaman yang diinginkan Tuti. Maka dengan
segera Tuti menulis surat penolakan.
Sementara itu, keadaan Maria semakin
hari makin bertambah parah. Kemudian ayahnya, Tuti, dan Yusuf memutuskan untuk
merawatnya di rumah sakit. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa
ke rumah sakit khusus penderita penyakit TBC wanita di Pacet, Sindanglaya Jawa
Barat. Perawatan Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya
tidak juga mengalami perubahan, yang terjadi adalah kondisi Maria semakin
lemah.
Pada suatu kesempatan, Tuti dan
Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah Tuti mulai
terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang
melewati hari-harinya dengan bercocok tanam, ternyata juga mampu membimbing
masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan
tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa
kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota
atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia
lakukan. Tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat
dilakukan.
Semakin hari hubungan Yusuf dan tuti
semakin akrab, sementara itu kondisi kesehatan Maria justru semakin
mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun sudah tidak dapat berbuat lebih
banyak lagi. Pada saat kritis Maria mengatakan sesuatu sebelum ia menginggal.
“Badan saya tidak kuat lagi, entah
apa sebabnya. Tak lama lagi saya hidup di dunia ini. Lain-lain rasanya…
alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti, kalau saya tahu, kalau
kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya
dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya
tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan
pada orang lain.”
Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Setelah beberapa lama kemudian,
sesuai dengan pesan terakhir Maria, Yusuf dan Tuti menikah dan bahagia
selama-lamanya.
3) Unsur-unsur dalam cerita:
a. Tema Novel Layar Terkembang,
sebagai berikut:
·
Tema
pertama: Dua saudara yang saling berbeda sifat
·
Tema kedua: Seorang wanita yang meninggikan derajat kaumnya
·
Tema ketiga:
Ketidakpercayaan seorang wanita terhadap laki-laki
·
Tema keempat:
Cinta tidak harus saling memiliki
Alur (Plot)
- Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini diawali dengan tahap perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh utama): mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat diantara mereka.
- Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
- Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia‑nyiakan amanah yang diberikan adiknya serta kesem-patan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
- Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai kehidupan yang akan dijalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan menjadi istrinya.
b. Penokohan (pelukisan tokoh)
Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
- Tahap eksposisi (perkenalan), di dalam cerita ini diawali dengan tahap perkenalan tokoh-tokohnya, perncerminan situasi tokoh-tokohnya, dan konflik awal dari cerita. Tuti (tokoh utama): mempunyai usia 25 tahun, seorang guru di sekolah dasar dan pemimpin dari organisasi eman sepasi wanita yang di beri nama Putri sedar. Ia mempunyai adik yang bernama Maria yang mempunyai usia 22 tahun. Mereka adalah anak dari Raden wiriaatmaja bekas wedana Banten dan kini mereka tinggal di Jakarta karena ayahnya telah pensiun dan ibunda mereka telah meninggal dua tahun yang lalu karena terkena penyakit. Tuti yang sangat berbeda wataknya dengan Maria adiknya membuat sekali-kali ayahnya bingung dengan mereka terutama Tuti yang hingga kini menginjak usia 25 tak jua mendapatkan pasangan hidup yang akan mendampinginya kelak. Maria yang amat periang anaknya biasa berdebat dengan kakaknya itu tak pelak memunculkan konflik-konflik serta perbedaan pendapat diantara mereka.
- Tahap konflikasi (pemunculan peristiwa), Tuti sebagai tokoh utama banyak mengalami konflik-konflik baik itu antar tokoh lainnya terutama terhadap Maria adiknya, serta di dalam jiwanya sendiri. Ia berjuang memertahankan kaumnya dari segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, untuk mewujudkan semua itu ia berkecimpung di dalam organisasi eman sipasi wanita, sehingga ia tidak memperdulikan kepentingan pribadinya sendiri, inilah yang memunculkan sedikit ego di dalam dirinya mengenai kehidupan yang di jalaninya itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Ayahnya yang agak heran dengan pendiriannya itu selalu di pertanyakannya. Terutama pada saat ia memutuskan pernikahan dengan tunangannya hanya karena masalah organisasinya sehingga membuat Hambali memutuskan hubungan mereka.
- Tahap resolusi (denouement), Tuti kini telah paham arti sebuah kehidupan, terlihat pada saat ia memutuskan untuk meninggalkan kongres Putri sedar demi menjenguk adiknya yang tengah di rawat di rumah sakit sindanglaya, di-sana ia tinggal di rumah sahabatnya Ratna dan Saleh. Ratna yag dulunya hidup glamor di Jakarta, kini telah berubah setelah menikah dengan Saleh, ia hidup sederhana dengan bertani di desa dan kesabaran Maria dalam menghadapi penyakit yang di deritanya serta kebesaran hati Maria mengikhlaskan Tuti menikah dengan Yusuf kekasihnya karena Maria harus meninggalkan dunia. Semua itu ia jadikan pelajaran yang sangat berharga di dalam hidupnya dan tidak akan lagi menyia‑nyiakan amanah yang diberikan adiknya serta kesem-patan meraih kehidupan yang lebih baik lagi.
- Tahap klimaks (puncak), Tuti yang dulunya mempunyai pendirian kuat mengenai kehidupan yang di jalaninya, kini berubah setelah melihat kehidupan orang-orang di sekitarnya. Semua itu ia berhasil atau bisa di katakan sukses dalam merubah pendirian serta pemikirannya. Namun ia harus kehilangan adik satu-satunya Maria karena sakit, di balik kesedihan yang di alaminya tersimpan keinginan yang kuat untuk merubah semua pemahamannya mengenai kehidupan yang akan dijalaninya kelak. Kini ia memutuskan menerima Yusuf sebagai kekasih dan menjadi istrinya.
b. Penokohan (pelukisan tokoh)
Tokoh yang ada dalam novel Layar terkembang sangat berbeda-beda watak dan tingkah laku mereka. Seperti masing-masing tokoh yang di jelaskan di bawah ini :
a.
Tokoh
Tokoh Utama
|
Tokoh Pendukung
|
Tuti
|
Ratna
|
Maria
|
Saleh
|
Yusuf
|
Supomo
|
Raden Wiriatmadja
|
Rukamah
|
b. Watak
Tokoh
|
Watak
|
Tuti
|
Independen, aktif dan lebih
modern.
|
Maria
|
Mudah kagum, lincah, periang.
|
Yusuf
|
Rela berkorban, penuh berperasaan.
|
R. Wiriatmadja
|
Teguh agama, baik hati, penyayang.
|
Supomo
|
Romantis, saling membantu.
|
Ratna
|
Saleh, pecinta alam, penyayang.
|
Saleh
|
Setia, pecinta alam.
|
Rukamah
|
Baik hati, suka bercanda.
|
c. Latar/ setting (fisik dan sosial):
Novel
layar terkembang memiliki beberapa latar tempat seperti di Jakarta, yang
merupakan ibu kota Negara Indonesia. Kota ini di hiasi gedung-gedung tinggi,
padat kendaraan, dan memiliki penduduk yang cukup padat. R.Wiriaatmaja dan
kedua anaknya tinggal di jalan Cidenweeg,gang hauber. Kedua di sumatera,
tepatnya di martapura tempat kelahiran Yusuf yang kini tinggal di Jakarta,
namun kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Suasana alam Martapura sangat
nyaman, sebagian daerahnya masih alami yang di penuhi oleh pohon-pohon dan
pegunungan yang indah serta belum terusik oleh tangan manusia. Ketiga di
Sindanglaya,pacet tempat Maria di rawat karena terkena penyakit dan harus di
rawat di sana. Sindanglaya juga tempat kediaman Saleh dan Ratna yang kini hidup
bersahaja dan bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cerita ini
berlangsung selama dua tahun, karena pada saat kisah di ceritakan Maria baru
berusia 20 tahun hingga ia meninggal dunia karena penyakit yang di deritanya ia
berusia 22 tahun dan ceritanya telah usai.
d. Sudut pandang pengarang:
Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut. Jadi, Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga.
d. Sudut pandang pengarang:
Pada novel layar terkemkang, pengarang berada di luar cerita atau pengarang menceritakan cerita itu sebagai seorang peninjau. Ini di lihat pada saat pengarang menceritakan mulai dari tahap pertama eksposisi yakni pengenalan tokoh-tokoh utama, kedua tahap komplikasi yakni mulai adanya pemunculan peristiwa yang akan terjadi,ketiga tahap resolusi hingga tahap terakhir yakini klimaks atau babak akhir yang menimbulkan kesan tertentu pada pembaca. Semua cerita itu pengarang kisahkan dalam novel layar terkembang, yang artinya pengarang tidak ikut terlibat dalam novel tersebut. Jadi, Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga.
e.
Gaya bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan isi adalah bahasa Melayu.
f.
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah:
Secara tersirat maupun tersurat amanat yang disampaikan dalam novel adalah untuk menyelesaikan suatu masalah harus diselesaikan dengan musyawarah dan jangan me-maksakan kehendak.
8.
Resensi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu
1)
Identitas Buku
Judul
:
Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Nama pengarang :
Tere Liye
Penerbit
:
Republika
Tahun
Terbit : Maret 2009
Jumlah halaman
: 427 halaman
Warna
sampul : Merah
Ukuran
sampul : 21,5 cm
Harga
Novel : Rp 60.000
Kota Terbit :
Jakarta
2) Sipnosis Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Novel ini menceritakan tentang kisah
perjalanan hidup seseorang bernama Rehan Raujana alias Rey. Rehan Raujana
adalah nama pemberian dari ibu pantinya yang sudah meninggal dunia. Rehan yang
mempunyai lima pertanyaan besar dalam hidupnya yang tak bisa ia jawab. Nah,
sejak kecil Rehan tinggal di sebuah panti asuhan yang sangat dibencinya. Di
panti itu Rehan termasuk anak yang nakal, ia selalu berontak yang ia sebut
sebagai “penjaga panti sok suci”, ia menyebutnya demikian karena kepribadian
penjaga pantinya itu memang sok suci. Bagaimana tidak, penjaga pantinya selalu
mendapatkan uang dari para dermawan yang seharusnya untuk anak panti, tapi ia
menyimpannya untuk tabungan umrohnya. Sudah begitu, si penjaga panti itu juga
bersikap kasar kepada semua anak panti. Tapi walaupun Rehan termasuk anak
nakal, tapi sebenarnya ia adalah anak yang baik. Selama di panti, Rehan
mempunyai pertanyaan besar “Apakah aku tidak memiliki kesempatan untuk memilih
pada saat aku dilahirkan?”. Ia suka memandang rembulan, yang seakan mengerti
kesedihannya.
Suatu hari, sesuatu terjadi di panti
yang menyebabkan Rehan kabur dari panti asuhan itu dan menjadi anak jalanan.
Sebelum kabur, ia sempat mencuri di kantor kepala panti dan menemukan sepotong
koran lusuh yang menjadi petunjuk penting masa lalunya. Sebagai anak jalanan,
ia mengubah namanya menjadi Rey. Rey menjadi preman yang setiap malam tidur di
emperan toko di sudut terminal. Uang hasil mencuri dari kantor kepala panti itu
ia gunakan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Dan saat ia berjudi dan menang
besar, hal itu menjadikan ia mendapatkan masalah besar, ia ditikam oleh
beberapa preman yang tidak dikenal. Ia dilarikan ke rumah sakit di ibukota.
Di ibukota ia mendapatkan kehidupan yang baru. Setelah keluar dari rumah sakit,
ia ditampung disebuah rumah yang disebut Rumah Singgah. Di rumah itu ia bertemu
dengan anak-anak jalanan lainnya yang mempunyai mimpi-mimpi besar dalam
hidupnya. Ia juga berkesempatan untuk sekolah. Rey sebenarnya anak yang pandai,
karena itu ia cepat lulus sekolah khusus itu. Setiap malam ia sering naik atap
rumah singgah untuk melihat bulan, kebiasaannya melihat bulan belum hilang.
Kehidupannya berangsur-angsur membaik, dan ketika suatu saat teman-teman rumah
singgah mendapatkan banyak masalah karena Rey, Rey memutuskan untuk pergi dari
rumah singgah itu. Ia kembali mempunyai pertanyaan baru “Apakah hidup ini
adil?” karena orang yang lemah selalu ditindas.
Semenjak Rey pergi dari Rumah
Singgah, Rey mengamen di gerbong-gerbong kereta. Setelah dirasa uangnya cukup
untuk menyewa tempat tinggal, ia menyewa sebuah rumah petak yang dekat dengan
sungai pembuangan sampah, bau memang, tapi tidak masalah untuk Rey. Di tempat
tinggal barunya, terdapat sebuah tower air yang sering ia panjat untuk
menyendiri dan melihat rembulan. Walaupun kehidupannya baru, tapi ia tidak lupa
dengan jasa teman-temannya di Rumah Singgah. Ia sering mengunjungi Rumah
Singgah walaupun sembunyi-sembunyi, ia hanya ingin tahu bagaimana keadaan
mereka.
Kehidupannya berubah drastis ketika
ia ikut dalam pencurian berlian seribu karat yang ditinggalkan rekan mencurinya
di tower air. Rekan mencurinya tertangkap oleh polisi dan sudahdihukum mati.
Setelah hukuman mati itu, Rey kembali ke kampung halamannya. Dia bertemu dengan
seorang gadis bernama Fitri yang ditemuinya di gerbong makan, ia jatuh cinta
pada gadis itu.
Di kampung halamannya, ia bekerja
sebagai buruh bangunan yang karena kecerdasannya ia perlahan-lahan naik jabatan
menjadi kepala mandor. Ia menjadi mandor yang baik, yang membaur dengan buruh-buruh
yang lain. Ia bertemu kembali dengan gadis yang ditemuinya di gerbong kereta.
Gadis yang penyayang anak-anak itu teryata juga memiliki perasaan yang sama
dengan Rey. Walaupun Rey sempat marah saat ia tahu bahwa gadis yang sangat
dicintainya itu adalah seorang wanita yang tidak baik. Pada akhirnya ia
menerima keadaan gadis itu karena sangat mencintainya. Kemudian ia menikah,
keluarga yang bahagia, ia membeli sebuah rumah kecil di dekat pantau. Istrinya
hamil namun keguguran. Kesedihan sempat ada, namun hari berganti dan istrinya
hamil lagi. Namun takdir berkata lain, istrinya keguguran lagi. Istrinya juga
meninggal waktu itu. Bisa membayangkan betapa sakitnya hati Rey? Karena itu, ia
memiliki satu pertanyaan lagi “Mengapa Tuhan tega mengambil milikku satu-satunya?”.
Kesedihannya membuatnya tak sanggup
lagi tinggal di rumah yang penuh kenangan dengan istri tercintanya. Rey menjual
rumahnya dan pergi ke Ibukota. Ia pergi ke tower air yang sering ia panjat
untuk melihat bintang. Ia menemukan berlian yang ditinggalkan rekannya di tower
air dan menjadikannya modal untuk membangun sebuah bangunan untuk istrinya yang
menjadi awal karir barunya. Ia menjadi seorang pengusaha sukses. Menjadi orang
yang kaya. Namun diantara harta yang ia miliki, ia tetap merasa sendiri. Itulah
pertanyaannya selanjutnya. “Mengapa aku merasa hampa padahal aku telah memiliki
segalanya?”.
Hari berganti, Rey telah berhasih
membuat beberapa bangunan. Namun tiba-tiba ia jatuh sakit, sakit parah. Ia
mengalami sakit komplikasi, kata dokter karena ia kurang olahraga. Padahal ia
selalu menjaga kesehatan, bahkan naik-turun tangga selama ia mengerjakan proyek
sudah lebih dari cukup jika dibilang olahraga. Rey harus keluar masuk rumah
sakit untuk itu. Dan muncullah pertanyaan terakhir “Mengapa takdir sakit
mengungkungku, dan didak langsung mati saja?” karena mungkin dia merasa lebih
baik langsung mati saja daripada harus menderita sakit itu.
Disaat ia sakit, Rey diberikan
sebuah kesempatan. Kesempatan itu seperti memutar kembali semua kisah hidupnya
sejak ia kecil sampai ia jatuh sakit. Dalam kesempatan itu ia didampingi oleh
seseorang yang disebut dalam novel ini sebagai “orang berwajah-ramah”.
Kesempatan itu diberikan kepadanya hanya karena dia tanpa ia sadari memuji
rembulan yang selalu membuatnya merasa tenang, sehingga tanpa ia sadari ia
memuji ciptaan Tuhan.
Kesempatan itu menjawab semua
pertanyaan besar dalam hidupnya. Yang pada dasarnya kehidupan adalah
sebuah proses sebab akibat. Sesuatu yang kita kerjakan mungkin adalah sebab
bagi orang lain. Kehidupan ini saling berkesinambungan. Jangan melihat suatu
hal dari satu sisi saja, namun juga dari sisi yang lainnya. Jika kita
ditinggalkan oleh seseorang, jangan melihat dari sisi kita sendiri yang
ditinggalkan, tapi juga dari sisi orang yang meninggalkan kita. Mungkin orang
yang meninggalkan kita akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berfikir
positif terhadap segala hal. Itu adalah pesan yang disamaikan oleh Tere-Liye
dalam novel ini. Sangat sederhana namun penuh makna. Pelajaran moral:
Gigih mencari apa yang kita yakini. Tidak sombong kepada alam, karena alam
telah ada sebelum kita, dan sesuatu yang kita butuhkan dapat kita cari di alam
sekitar.
9.
Resensi Novel Salah Asuhan
1)
Identitas Buku
Judul
:
Salah Asuhan
Nama pengarang :
Abdul Mu’is
Penerbit
:
Balai Pustaka
Tahun
Terbit : 2002
Jumlah halaman
: 262 halaman
Ukuran Buku : 21 cm
Harga
Novel : Rp. 20.000
Kota Terbit :
Jakarta
3) Sipnosis Salah Asuhan
Hanafi
dikirim ibunya ke Betawi untuk bersekolah di HBS (Hoogere Burger School).
Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkan anaknya menjadi
orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya.
Masalah biaya, dia berusaha keras untuk selalu memenuhinya walaupun harus
meminta bantuan kepada mamaknya, Sutan Batuah.
Selama
di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda, sehingga dia setiap hari
dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi
setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa. Hal ini
karena dia bekerja di kantor asisten residen di Solok. Dia sangat bangga
menjadi orang Belanda walaupun sebenarnya dia seorang pribumi asli. Gaya
hidupnya sangat kebarat-baratan. Bahkan, terkadang melebihi orang barat yang
sebenarnya.
Selama
bergaul dengan orang-orang Eropa, Hanafi jatuh hati pada salah seorang gadis
Eropa bernama Corrie. Corrie adala seorang gadis indo Perancis-Belanda.
Hubungan keduanya memang akrab. Mereka suka mengobral berdua. Corrie mau
bergaul dengan Hanafi hanya sebatas teman karena mereka sering bertemu. Namun,
bagi Hanafi, hubungan pertemanan itu diartikan lain, dia merasa bahwa Corrie
pun mencintai dirinya seperti yang ia rasakan. Ketika Hanafi mengemukakan isi
hatinya, Corrie menolak secara halus. Corrie merasa tidak mungkin menjalin
hubungan dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka. Corrie adalah
peranakan Eropa, sedangkan Hanafi orang pribumi. Namun, tampaknya Hanafi tidak
mengerti penolakan itu.
Untuk menghindari Hanafi, Corrie pindah
ke Betawi. Di Betawi, dia menegaskan kembali kepada Hanafi mengenai hubungan
mereka melalui surat. Dia meminta Hanafi untuk melupakan dirinya. Menerima
surat tersebut, Hanafi sangat terpukul dan jatuh sakit. Selama sakit, Hanafi
banyak mendapatkan nasihat dari ibunya. Ibunya membujuknya untuk menikahi
wanita pribumi pilihan ibunya, Rapiah.
Perkawinan yang tidak didasari perasaan
cinta itu membuat keluarga Hanafi-Rapiah tidak pernah tenteram. Hanafi sering
menyakiti hati Rapiah, marah-marah, dan memaki-makinya hanya karena persoalan
sepele. Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya
dengan pasrah. Hal itu membuat kagum ibu mertuanya.
Pada suatu hari, Hanafi digigit
anjing gila. Dia harus berobat ke Jakarta. Di Jakarta, dia bertemu dengan
Corrie, gadis yang selalu dirindukannya. Hanafi berusaha keras untuk memperoleh
Corrie. Dia segera mengurus surat-surat untuk memperoleh hak sebagai orang
Belanda. Setelah surat-surat tersebut selesai, dia memohon Corrie agar bersedia
bertunangan dengannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi, dengan berat hati
Corrie menerima permintaan Hanafi. Corrie tahu, bahwa pertunangan itu akan
membuat dirinya dijauhi oleh teman-teman Eropanya.
Pesta pertunangan itu dilaksanakan
di rumah seorang teman Belanda Corrie. Tuan rumah itu tidak begitu ramah
menyambut pertunangan mereka. Dia tidak suka melihat dan bergaul dengan orang
Belanda berkulit sawo matang. Namun, pertunangan itu tetap dilaksanakan dalam
suasana hambar.
Sementara itu, Rapiah dan ibunya
tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya, walaupun mereka telah
mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Walau ditinggalkan
suaminya, Rapiah masih tetap tinggal bersama mertuanya. Hal itu atas permintaan
ibu Hanafi. Dia menyayangi Rapiah melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Dia
kagum atas kesabaran dan kesetiaan Rapiah terhadap anaknya. Padahal perlakuan
Hanafi terhadap Rapiah sangat keterlaluan, namun Rapiah selalu memaafkannya.
Sementara itu, rumah tangga Hanafi
dan Corrie tidak seperti yang mereka harapkan. Sedikit pun tidak ada
ketentraman dan kedamaian yang sebelumnya mereka harapkan. Keluarga mereka
dijauhi oleh teman-teman mereka sendiri. Keduanya hidup dalam kondisi yang
membingungkan. Bangsa Eropa tidak mengakui mereka. Demikian pula, bangsa Hanafi
tidak mengakuinya karena keangkuhan dan kesombongan Hanafi.
10.
Resensi Novel
1)
Identitas Buku
Judul
:
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Nama pengarang :
Prof. Dr. Hamka
Penerbit
:
Pustaka Dini Sdn bhd
Tahun Terbit : 2001
Jumlah halaman
: 350 halaman
Warna
sampul : Biru-Coklat
Ukuran
sampul : 20,5 cm
Harga
Novel : Rp. 32. 000
Kota Terbit :
Jakarta
ISBN : 978-983-3707-67-6
2) Sipnosis Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck merupakan sebuah karya tersohor oleh Prof Dr. Hamka. Ianya
adalah kisah cinta seorang pemuda kampung miskin yang tidak punya saudara
bernama Zainuddin terhadap seorang gadis dari keluarga ternama bernama Hayati.
Cinta mereka tidak mendapat restu keluarga Hayati. Pinangan Zainudin ditolak.
Hayati dijodohkan dengan pemuda pilihan keluarga bernama Aziz yang dikatakan
lebih layak mendampingi Hayati. Ibarat ruas telah bertemu buku, bagai
janggut pulang ke dagu, sama berbangsa keduanya, satu bulan satu matahari.
Begitulah pandangan
keluarga Hayati, ketika mereka sepakat menjodohkan Hayati dan Aziz.
Cerita ini berkisar tentang semangat juang Zainuddin, bagaimana merana dan melaratnya hidup Zainuddin setelah cintanya ditolak oleh keluarga Hayati. Kemudian beliau bangun semula dari segala kedukaan, membuka lembaran baru dalam hidupnya menjadi seorang penulis yang ternama dan berjaya. Ia menceritakan tentang kesetiaan, cinta dan kasihnya Zainuddin terhadap Hayati. Meski Hayati sudah berkahwin tetapi sebaik mendapat tahu tentang kesusahan yang dihadapi Hayati, lantaran suaminya yang suka berpoya-poya serta tidak bertanggung-jawab, Zainuddin terus membantu tanpa ada dendam dan benci. Sesungguhnya cinta yang suci itu akan terus mekar di dalam hati hingga ke hujung nyawa begitulah jua cinta antara Zainuddin dan Hayati.
Cerita cinta ini disampaikan kepada pembaca melalui surat-surat yang ditulis oleh Zainuddin dan Hayati. Membaca surat-surat ini akan membawa kita terbang jauh ke dasar hati mereka. Sebuah cerita yang menyayat hati. Berkisar tentang pangkat dan darjat. Antara kekuatan jiwa, keimanan dan tuntutan nafsu.
Prof. Dr. Hamka menulis buku ini ketika beliau berusia 31 tahun ketika darah masih muda, khayalan dan sentimen masih memenuhi jiwanya dan beliau dikritik hebat kerana ia adalah sebuah buku cinta sedangkan pada zaman itu buku yang sebegini tidak pernah diterbitkan. Tetapi setelah sepuluh tahun berlalu, masyarakat mulai faham akan perlunya kesenian dan keindahan dalam hidup manusia. Sehinggakan ada yang bertanya bila lagi Dr akan menulis cerita yang begini hebat seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Kaabah.
Cerita ini berkisar tentang semangat juang Zainuddin, bagaimana merana dan melaratnya hidup Zainuddin setelah cintanya ditolak oleh keluarga Hayati. Kemudian beliau bangun semula dari segala kedukaan, membuka lembaran baru dalam hidupnya menjadi seorang penulis yang ternama dan berjaya. Ia menceritakan tentang kesetiaan, cinta dan kasihnya Zainuddin terhadap Hayati. Meski Hayati sudah berkahwin tetapi sebaik mendapat tahu tentang kesusahan yang dihadapi Hayati, lantaran suaminya yang suka berpoya-poya serta tidak bertanggung-jawab, Zainuddin terus membantu tanpa ada dendam dan benci. Sesungguhnya cinta yang suci itu akan terus mekar di dalam hati hingga ke hujung nyawa begitulah jua cinta antara Zainuddin dan Hayati.
Cerita cinta ini disampaikan kepada pembaca melalui surat-surat yang ditulis oleh Zainuddin dan Hayati. Membaca surat-surat ini akan membawa kita terbang jauh ke dasar hati mereka. Sebuah cerita yang menyayat hati. Berkisar tentang pangkat dan darjat. Antara kekuatan jiwa, keimanan dan tuntutan nafsu.
Prof. Dr. Hamka menulis buku ini ketika beliau berusia 31 tahun ketika darah masih muda, khayalan dan sentimen masih memenuhi jiwanya dan beliau dikritik hebat kerana ia adalah sebuah buku cinta sedangkan pada zaman itu buku yang sebegini tidak pernah diterbitkan. Tetapi setelah sepuluh tahun berlalu, masyarakat mulai faham akan perlunya kesenian dan keindahan dalam hidup manusia. Sehinggakan ada yang bertanya bila lagi Dr akan menulis cerita yang begini hebat seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Kaabah.
Surat daripada Zainuddin kepada Hayati;
Lebih seratus kali namamu ku sebut dalam sehari. Kadang-kadang saya terpanggil dalam nyanyianku, kadang-kadang dalam ratapku. Kicut pintu ditolak angin, terasa langkah kau yang terdengar. Masih juga belum percaya, kau telah membuang saya dari ingatanmu. Saya tanyai diri saya, apakah saya berdosa kepadamu? Tidak rasanya, bahkan dosa yang lain yang kerap saya perbuat untuk mencukupkan cintaku kepadamu.
Surat Kahdijah (sahabat Hayati ) kepada Hayati:
Cinta tidaklah teguh untuk mempertalikan laki isteri. Tali yang teguh adalah kemaslahatan kedua belah pihak. Cinta adalah bunga melur yang indah warna dan harum baunya dua hari genap ketiga selama air masih cukup dalam jambangan, selama tiga hari itu pula subur dan indahlah hidupnya. Yang selalu akan mengancam akan kesuburannya ialah kemiskinan. Kalau harta cukup cinta menjadi kalau harta tiada pergaulan terancam. Cinta atau rindu, dendam kasih sayang atau asyik maksyuk biarlah tinggal dalam khayal dari angan-angan pengarang hikayat.
Selamat y udah punya buku ........
BalasHapusSinopsis dan analisis novel...
Yang buku satu lagi mana.........
minta tolong dong???
BalasHapuscarikan sinopsis dan analisis novel assalamualaikum beijing
tolong carikan ya???
Ada sinopsis novel 3 matahari dibawah langit jakarta?
BalasHapusResensi Asmara Diatas Haram dong
BalasHapusBlackjack | Play Blackjack online for real money | Dr. MSD
BalasHapusBlackjack is one of 포항 출장마사지 the most 파주 출장마사지 popular casino games in the casino. When playing this game, you 통영 출장안마 play at the 구리 출장마사지 table with 군포 출장마사지 the dealer placing a single card,
Analisis kemesraan kau dan dia karya Maria cecilia
BalasHapus