1.
Resensi
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1)
Identitas Buku
Judul
: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit : November 2011
Jumlah halaman
: 256 halaman
Warna
sampul : Hijau-coklat
Ukuran
sampul :13.5 x 20 cm
Harga novel : Rp.45.000
Jumlah
cetakan : 264
Kota
terbit : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta
ISBN : 978-979-22-5780-9
No
Produk
: 40101100021
2)
Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami.
Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa.
Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji
masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi
keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap
budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.
3)
Unsur intriksik
a.
Tema : Cinta yang dirahasiakan
dan menyakitkan
b.
Gaya Bahasa:
a)
Hiperbola : Demi
membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke
Jakarta (Hal. 230)
b)
Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)
Personifikasi :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri
kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)
Personifikasi :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal.
13)
c.
Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.
Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·
Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·
Ramah (Disukai banyak orang)
·
Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun
banyak lelaki yang mencintainya)
·
Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
·
Suka iseng
·
Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia
Perasaan Tania dan Danar)
·
Sifat polos yang kental
Ibu
·
Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin
berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh
Danar)
·
Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan
keluarganya yang miskin)
Danar :
·
Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania
yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·
Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya
kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·
Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede,
setelah Ibu meninggal)
·
Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam
hatinya
Ratna:
·
Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar
jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak
berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·
Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania
dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka
menikah)
e.
Alur : Pada awal cerita mundur dan pada akhir
cerita campuran
f.
Latar :
Tempat
: Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu
: Pagi, siang, sore dan malam
Suasana
: Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.
Amanat :
Ceritakanlah
apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan
dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.
Plot :
·
Perkenalan:
Ketika
Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede,
adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar
juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan
Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
·
Pertikaian:
Ketika Danar
hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan
Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·
Klimaks:
Ketika Danar
dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ,
mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·
Antiklimaks:
Ketika
Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya
Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan
tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian
ketika di Indonesia.
4)
Unsur
Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang
dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas
seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang
siapa Tania.
Nilai Moral :
Memberi
pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak
sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti
dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak
rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji
‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu
untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua
kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)
2.
Resensi
Novel Cinta Suci Zahrana
1)
Identitas Buku
Judul
: Cinta Suci Zahrana
Nama pengarang : Habiburrahman
El Shirazy
Penerbit
: Ikwah Publishing House
Terbit : Mei 2011
Cetakan : Pertama
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Jumlah halaman
: 284 halaman
Warna
sampul : Coklat
Ukuran
sampul :15 x 25 cm
Harga
novel : Rp.47.000
Kategori :
Novel Dewasa
ISBN :
978-602-98221-6-8
2)
Sinopsis Novel Cinta Suci Zahrana
Cinta Suci Zahrana menceritakan seorang tokoh yakni Zahrana yang memiliki keinginan untuk
berjuang dalam menuntut ilmu sampai ke jenjang S3 di luar negeri yakni di Cina.
Dengan kegigihannya dalam berjuang melupakan dia dalam membangun rumah tangga.
Namun, orangtua dan temannya menyadarkan dia untuk menikah sebelum melanjutkan
studi S3-nya. Ia pun tersadar dengan sendirinya dan mengubah pendiriannya untuk
mengikuti nasehat dari orangtua dan temannya. Ia mengubah untuk membangun rumah
tangga sebelum melanjutkan studinya. Namun, setelah ia menikah, ia tetap
bertekad untuk melanjutkan studinya di luar negeri seperti yang dicita-citakan.
Zahrana akhirnya memutuskan untuk memilih suami yang berakhlak mulia untuk
dijadikan imam bagi anak-anaknya. Dengan pilihannya tersebut, ia menolak
beberapa lamaran bahkan lamaran Pak Sukarman yang merupakan dekannya yang
sangat ia hormati pun ditolak karena akhlaknya yang kurang baik di mata Zahrana.
Meskpun di umur yang sudah tua yakni 34 tahun, ia tidak perduli, yang penting
baginya adalah impiannya untuk menikah dengan suami yang dapat dijadikan imam
bagi rumah tangganya. Hal ini dilakukan karena Zahrana ingin rumah tangganya
bahagia dan memiliki anak-anak yang saleh.
Kekuatan niatnya akhirnya membuahkan hasil yang ia harapkan. Ia akhirnya
menikah dengan mahasiswanya Hasan. Hasan terkenal dengan watak yang seperti ia
harapkan. Setelah pernikahannya dengan Hasan akhirnya ia melanjutkan studinya
di Cina dengan biaya beasiswa yang dijanjikan salah seorang dosen yang ada di
Universitas tempat Zahrana studi. Akhirnya kebahagiaanlah yang dialami Zahrana.
Kebahagiaan karena impiannya tercapai yakni menikah dengan suami yang berakhlak
mulia dan dapat melanjutkan perjuangannya untuk menuntut ilmu di luar negeri
dengan biaya beasiswa.
3)
Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci
Zahrana
Unsur Intrinsik
a.
Tema
Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel.
Nurgiyantoro (2010:70). Tema dalam novel tersebut adalah cita-cita atau
keinginan yang tulus akan dapat tercapai apabila selalu berusaha, berdoa dan
tawakal. Kegigihan seorang Tokoh Zahrana dalam mengejar cita-cita hingga lalai
dalam membina rumah tangga. Tema tersebut tergambar dari perjuangan seorang
wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan idamannya, yakni yang
tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya demi
kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga. Meskipun ditengah
perjuangannya, banyak kejadian-kejadian yang dapat membuat zahrana kecewa,
namun zahrana tetap sabar dalam menghadapinya.
b.
Alur
Suatu
alur cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita di mana
bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan, sehingga cerita itu kelihatan
menjadi suatu bangunan yang utuh. Alur terbagi dari tiga bagian, yaitu alur
maju, alur mundur dan alur bolak balik. Alur maju adalah alur yang urutan
peristiwanya menceritakan dari awal hingga akhir. Alur mundur adalah alur yang
urutan peristiwanya menceritakan dari kini berbalik ke dulu. Alur bolak balik
adalah alur yang urutan peristiwa berbentuk bolak balik, cerita bergerak maju
lalu kadang mundur dan maju kembali, alur seperti ini juga sering disebut alur
campuran. (Hamidy, 2001: 26).
Berdasarkan
analisis, alur yang digunakan pengarang adalah alur maju. Hal ini dapat dilihat
dari Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi
yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik
penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang
tuanya. “tetapi kenapa orangtuanya
seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan? Saat ia menerima
undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka menanggapinya
biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah undangan
istimewa dan luar biasa” (2011:2) Selanjutnya, orang tuanya mendesak agar
cepat membina rumah tangga, namun ia masih juga belum menemukan pasangan yang
tepat. Kemudian datanglah sesosok pak Karman yang sangat buruk dimata Zahrana,
lamaran itu ditolak. Setelah itu, Zahrana ingin menikah dengan seorang pedagang
kerupuk keliling, tetapi nasib berkata lain, pedagang kerupuk itu meninggal
dunia sehari sebelum resepsi pernikahan. Akhirnya, Zahrana menemukan sosok
Hasan, seorang mahasisiwa yang pernah menjadi mahasiswanya tersebut dan menikah
dengan Hasan. Barulah Zahrana melanjutkan studinya S3 ke China bersama Hasan
untuk S2.
c.
Latar
“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung”. (Stanton, 2007: 35).
Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana memiliki latar tempat di Semarang,
UNDIP, Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di
Masjid.
d.
Sudut
Pandang
Sudut pandang merupakan strategi, teknik,
siasat yang secara segaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya. Sudut pandang terbagi tiga, yaitu: (1) sudut pandang persona ketiga
“Dia”, yang terdiri dari “dia” maha tahu dan “Dia” terbatas, “Dia” sebagai
pengamat. (2) sudut pandang persona pertama: “Aku”, terdirir dari “Aku” tokoh
utama dan “Aku” tokoh tambahan. (3) sudut pandang Campuran. (Nurgiyantoro,
2010:248-266)
Pengarang
mengggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” maha tahu. Terlihat dalam
kutipan berikut ini.
“hari sudah
gelap. Pak Munajat masih di mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap
berada di mushalla sampai isya. Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja
terbata-bata. Zahrana merasa lebih segar tubuhnya. Setelah istirahat, mandi dan
sholat maghrib ia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil
mendengarkan ibunya mengaji”. (2011: 154)
e.
Gaya
Bahasa
Gaya
adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu
yang akan diungkapkan. (Nurgiyantoro, 2010: 227)
Berdasarkan
analisis, pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa bahasa jawa.
Seperti, “yang penting pesan ibu, tutukno
sekolahmu. Sekolaho sak duwur-duwure yo ndukben ora asor uripmu”. (2011:8).
f.
Tokoh
dan Penokohan
“Istilah tokoh
menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan perwatakan menunjuk pada penempatan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita”
(Nurgiyantoro, 2010: 165).Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel
tersebut:
1.
Tokoh
Zahrana yang selalu sabar dalam menanti jodoh yang shaleh, yang memiliki
prestasi belajar cukup baik hingga sampai ke China.
2.
Tokoh
kedua orang tua zahrana yang terus mendesak agar cepat menikah dan tak ingin
zahrana terus mengejar prestasinya yang terlalu sering diraihnya.
“Bu! Tanya
anakmu ini, sampai kapan dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan,
dipuji-pujikepinteranny. Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan
begini terus?” kata Pak Munajat lebih keras.(2011:115)
3.
Tokoh
Pak Karman adalah seorang dekan Fakultas Teknik yang memiliki sifat yang buruk,
yang sangat tidak terpuji. Sifat pak Karman yang tergambar jelas dari pesan
singkat, saat Zahrana menolak lamarannya.
”Sedang apa perawan tua?”
”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”. (2011:223)
”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”. (2011:223)
4.
Tokoh
Lina sebagai sahabat zahrana yang baik, yang selalu mendengarkan semua keluhan
zahrana.
“wajah sejik
sahabatnya terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat
sebaik Lina. Meneduhkan dikala gelisah, dekat dikala susah, mengobati dikala
sakit dan mesra dikala bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina”. (2011:21)
g.
Amanat
Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah
seorang harus sabar, tawakal, beusaha dan berdoa dalam menempuh cita-citanya
serta selalulah memohon kepada Allah SWT dalam memilih jodoh.
Unsur Ekstrinsik
a.
Kepengarangan
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY yang lahir di Semarang 30
September 1976. Merupakan alumni dari Universitas Al Azhar. Banyak menulis
karya yang membangun jiwa. Novelnya yang terkenal salah satunya adalah
Ayat-Ayat Cinta. Karyanya sarat akan pesan-pesan islami, pesan-pesan yang
mendidik untuk seluruh umat manusia. Kini selain menulis dan berdakwah, beliau
juga menjadi Liga Sastra Islami Dunia (The International League for Islamic
League) atau Rabithatul Adab Al Islam Al’Alamiyyah, cabang Indonesia,
sebuah wadah bagi sastrawan muslim terkemuka didunia islam yang berpusat di
Riyadh, Saudi Arabia.
Berikut adalah beberapa penghargaan yang
diterimanya:
1. PENA AWARD 2005, Novel Terpuji Nasional, dari forum Lingkar Pena.
2. THE MOST FAVORITE BOOK 2005, versi majalah Muslimah.
3. REPUBLIKA AWARD, sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007.
4. PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008, sebagai sastrawan kreatif yang mampu
menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis
Sastra Asia Tenggara (MASTERA).
b.
Nilai
moral
Moral
merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca,
merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat
cerita. (Nurgiyantoro, 2010: 320). Pengarang mengharapkan para pembaca agar
mencontoh tokoh Zahrana yang sanagt-sangat peduli dengan pendidikan. Seperti
yang kita ketahui, kebanyakan seorang wanita jarang sekali mengejar
pendidikannya hingga Doktor, namun pengarang menanpilkan tokoh Zahrana yang
mampu mengubah pemikiran tersebut. Tokoh Zahrana juga sangat berhat-hati dalam
memilih jodoh, ia terus berusaha menemukan sosok yang mampu memimpinnya kelak,
seorang suami yang shaleh.
3.
Resensi
Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah
1)
Identitas Buku
Judul
: Di Bawah
Lindungan Ka’bah
Nama pengarang :
Hamka
Penerbit
: Bulan Bintang
Terbit : Oktober 2001
Jumlah halaman
: 84 halaman
Warna
sampul : Coklat-orange
Harga
novel : 10.000
Jumlah cetakan
: 26
Kota
terbit : Jakarta
ISBN : 979-418-063-7
No Produk
: 2001-014.26
2)
Sinopsis
Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Hamid
adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin, sejak berusia empat
tahun ia telah menjadi yatim. Setelah itu ia diangkat anak oleh keluarga Haji
Jafar yang kaya raya. Haji Jafar sangat menyayangi Hamid sama seperti kepada
anaknya, Zainab. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab di Sekolah
rendah.
Hamid
dan Zainab saling menyayangi.Kemanapun mereka selalu bersama-sama. Ketika
keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing tumbuh perasaan lain. Mereka
merasakan kasih sayang yang bukan hadir antara adik dan kakak.Perasan itu hanya
mereka pendam di dalam hati.Hamid tidak berani mengungkapkan isi hatinya,
karena dia sadar bahwa dirinya dengan Zainab memiliki perbedaan yang sangat
jauh.Zainab anak orang kaya dan terpandang, sementara dirinya anak orang
miskin.
Jurang
pemisah itu semakin lama semakin dirasakan Hamid.Berbagai peristiwa membuat
dirinya lemah.Peristiwa yang pertama Haji Jafar meninggal dunia, tidak lama
kemudian disusul oleh ibunya. Kini ia telah yatim piatu yang miskin. Semenjak
kematian Haji Jafar, Hamid tidak bebas lagi menemui Zainab karena Zainab dipingit
oleh mamaknya.
Semakin
bertambah sedih hatinya, ketika mamaknya, Asiah meminta dirinya untuk memebujuk
Zainab supaya mau menerima pemuda pilihan mamaknya.Dengan berat hati Hamid
menurutinya. Zainab sangat sedih, dalam hatinya ia menolak kenyataan itu. Karena
tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid meninggalkan kampung halamannya
tanpa memberitahu kepada Zainab.Ia pergi ke Medan, setelaha di Medan ia
mengirim surat kepada Zainab dengan mencurahkan segala isi hatinya. Dari Medan
ia melanjutkan perjalanan ke Singapura, kemudian ke Tanah Suci Mekah.
Setelah
ditinggalkan oleh Hamid, semangat hidup Zainab semakin berkurang.Ia merasa
tersiksa menahan kerinduan kepada Hamid. Begitupun dengan Hamid, ia selalu
gelisah menahan kerinduan kepada Zainab. Selama di Mekah Hamid bekeraja pada
sebuah penginapan milik seorang syekh, sambil memperdalam ilmu agama dengan
tekun.
Setelah
setahun Hamid berada di Mekah.Suatu ketika tibalah musim haji, di tempatnya
bekerja banyak jemaah haji yang menginap. Diantara jemaah haji itu ada
seseorang yang ia kenal yaitu Saleh teman sekampungnya. Betapa bahagia kedua
bersahabat itu.Selain sebagai teman sepermainannya dahulu, istri Saleh yaitu
Rosna adalah teman dekatnya Zainab. Dari Saleh ia dapat mengetahui tentang
kampungnya dan tentang keadaan Zainab.
Dari
Saleh juga, ia mengetahui kalu Zainab mencintainya juga. Sejak kepergian Hamid,
Zainab sakit-sakitan.Sebab itulah Zainab tidak jadi menikah dengan pemuda
pilihan mamaknya.Sementara orang yang sangat dicintainya pergi entah ke mana.Dia
selalu menanti dengan penuh harap.Mendengar seperti itu perasaan Hamid
bercampur baur, antara bahagia dan sedih.Bahagia karena dia tau Zainab
mencintainya, sedih karena Zainab menderita fisik.Hamid merencanakan kembali
pulang ke kampung halamannya.
Setelah
pertemuan itu, Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna menceritakan
pertemuannya dengan Saleh. Rosna langsung memberikan surat itu kepada Zainab.
Betapa bahagianya hati Zainab mendapat kabar itu, semangat hidupnya tumbuh lagi
dan ia merasa semakin rindu kepada Hamid. Ia pun langsung menulis surat untuk
Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita. Semakin bergeloralah semangatnya
untuk menyelesaikan ibadah haji, agar ia cepat-cepat dapat pulang ke kampung
halamannya. Dalam keadaan sakitpun ia tetap wukup. Kondisi tubuhnya semakin
melemah, nafsu makannya menurun dan suhu badannya sangat tinggi.
Karena
keadaannya yang kurang stabil, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang
Zainab.Namun Hamid mempunyai firasat, karena desakannya akhirnya Saleh memberitahukan
bahwa Zainab telah meninggal.Keesokan harinya Hamid tetap memaksakan diri untuk
berangkat ke Mina, namun dalam perjalanan dia lunglai.Karena melihat sahabatnya
seperti itu, Saleh mengupah orang baduy untuk memapah Hamid.Setelah acara di
Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram.Setelah mengelilingi Ka’bah, Hamid
minta diberhentikan di Kiswah.Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti
untuk selama-lamanya.
3)
Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a.
Tema
Tema
dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA) ini bertemakan tentang cinta terhalang kelas sosial. Ini dibuktikan
dengan kutipan berikut. Mustahil dia akan dapat menerima cinta saya, karena dia
langit dan saya ini bumi, bangsanya tinggi, dan saya hidup darinya tempat buat
lekat hati Zainab. Jika kelak datang waktunya orang tua bermenantu, mustahil
pula saya akan termasuk dalam golongan orang yang terpilih untuk menjadi
menantu Engku Haji Ja’far. Karena tidak ada yang akan diharapkan dari saya.
Tetapi Tuan… kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
Kutipan
di atas menggambarkan semua persoalan tentang novel.Dimana Hamid saat itu
menimbang diri dengan kenyataaan yang ada.Dia merasa tak sederajat dengan
Zainab, hingga berbelit-belit masalah dalam pikirannya. Disisi lain ia tak
dapat membohongi hatinya sendiri bahwa ia mencintai Zainab, tapi disisi lain ia
juga sadar dengan keadaan dirinya yang tak punya apa-apa.
Selain
temanya “Cinta terhalang kelas sosial,” penulis menafsirkan tema yang lain
yaitu “Kasih tak sampai”. Ini dibuktikan dengan keduanya (Hamid dan Zainab)
mengetahui perasaan masing-masing, tetapi setelah kebahagiaan mengetahui
perasaan masing-masing itu mereka menderita menahan rindu. Zainab karena tak
kuatnya menahan rindu kepada Hamid ia menjadi sakit-sakitan, sampai ia
meninggal dunia. Disusul pula dengan Hamid, Hamid meninggal ketika sedang
tawaf.Sebelum mereka bertemu dalam ikatan yang sah atau menikah keduanya telah
dipanggil oleh Allah SWT.
Kematian
Hamid dibuktikan dengan kutipan berikut. Dibibirnya terbayang suatu senyuman
dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini.,
dengan keizinana Tuhannya. Di bawah lindungan ka’bah! Sementara kematian Zainab
dibuktikan dalam surat Rosna kepada Saleh dengan kutipan berikut.Pada malam 9
Zulhijjah panasnya naik dari biasa. Kira-kira pukul 2 tengah malam dipandangnya
adinda tenang-tenang, kemudian pula album yang terletak di meja tulisnya;
adinda pun mengertilah apa yang dimaksudnya. Adinda ambil album itu dan adinda
buka.Demi dilihatnya gambar Hamid, jatuhlah dua tetes air mata yang bulat dari
mata yang telah cekung itu, diambilnya tangan adinda dan tangan ibunya,
dibawanya kedadanya. Maka dengan berangsur-angsur laksana lampu yang kehabisan
minyak, bercerailah badannya dengan sukmanya
b.
Alur/Plot
Susunan
alur atau plot dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
·
Pengarang mulai melukiskan keadaan
Cerita
ini dimulai saat pengarang melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah
haji. Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang
syekh yang pekerjaan dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang
haji. Di tempat tumpangan itu si Aku bertemu dengan seorang pemuda yang berusia
kira-kira 23 tahun. Pemuda itu menurut syekh berasal dari Sumatra. Dalam
beberapa hari si Aku dapat berkenalan dengannya. Tetapi baru saja dua bulan si
Aku bergaul dengannya, pergaulan itu terusik oleh seorang jemaah dari Padang.
Nama Jemaah yang baru itu yaitu Saleh dan sahabat saya sebelumnya yaitu bernama
Hamid. Karena merasa penasaran dengan perubahan sifat itu, suatu malam si Aku
memberanikan diri menanyakan sebab perubahan sifat itu.
·
Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
Fase ini
merupakan fase yang menceritakan Hamid memiliki perasan yang lain terhadap
Zainab. Perasaan sayang yang dahulu dirasakan seorang kakak terhadap seorang
adik, tetapi kini perasaan itu berubah menjadi rasa sayang seorang seorang
laki-laki remaja terhadap gadis remaja.
Bermula
saat Hamid dan Zainab tamat tamat sekolah. Seperti biasa karena Zainab anak
perempuan ia tidak melanjutkan sekolah, sementara Hamid karena anak laki-laki
ia dapat meneruskan sekolah. Itu pun karena bantuan dari Engku Haji Ja’far.
Hamid melanjutkan cita-citanya itu di Padang Panjang. Tetapi sejhak ia pindah
ke Padang Panjang, ia merasa kesepian. Ia merasa kehilangan teman yang selalu
menemaninya Zainab.
·
Keadaan mulai memuncak
Pada
fase ini diceritakan bahwa Hami2d mendapatkan musibah besar yang tak
disangka-sangkanya secara berturut-turut, yaitu meninggalnya Haji Jafar dan
ibunya. Semenjak kepergian Haji Ja’far itu, semuanya menjadi berubah. Hamid tak
dapat leluasa menemui Zainab, karena Zainab telah dipingit oleh mamaknya.
·
Peristiwa mencapai klimaks
Fase ini
merupakan fase yang sangat dahsyat dalam perjalanan cerita. Sudah sedih
kehilangan dua orang yang sangat dicintai yaitu Haji Ja’far dan Ibunya, kini ia
dihadapkan pada satu perintah yang bertolak belakang dengan keinginanya. Mak
Asiah meminta Hamid untuk melunakan hati Zainab supaya Zainab mau
dipertunangkan dengan seorang laki-laki kemenakan almarhum haji Ja’far yang ada
di Padang Hulu.
·
Pengarang memberikan pemecahan soal dari semua
peristiwa
Ketika
di Mekah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan
menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid
tentang keadan di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat
bahagia Hamid. Saleh juga memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tau
hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang kebetulan Rosna adalah teman
sepermainannya Zainab. Dibuktikan lagi dengan surat yang dikirim Zainab kepada
Hamid.
Jadi,
berdasarkan uraian di atas susunan alur/plot novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Karaya Haji Abdul Malik Karim Amrulla (HAMKA) dapat dikatakan sebagai plot
sorot balik atau flasback.
c.
Tokoh
dan Perwatakan
1) Hamid
sebagai tokoh utama karena Hamid digambarkan dalam cerita hampir menjelajahi
seluruh persoalan.
2) Zainab
sebagai tokoh utama karena Zainab tokoh yang menjadi kejaran Hamid dan hampir
menjelajahi seluruh persoalan.
3) Ibu
sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya hanya saat-saat tertentu dan tidak
menjelajahi seluruh persoalan dalam cerita.
4)
Haji Ja’far sebagai tokoh bawahan karena
kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
5)
Mak Asiah sebagai tokoh bawahan karena
kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
6)
Saleh sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya
dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
7)
Rosna sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya
dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
d.
Penggambaran
watak tokoh-tokoh
1)
Tokoh
Hamid
Tokoh
Hamid mempunyai watak berubah/roud character. Pada bagian lain Hamid
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tabah dan sabar serta tegar. Pada
penggambaran ini dinamika kepribadian Hamid yang dominan yaitu superego yang
menguasai aspek atau tugas kerja id dan ego…sehingga Hamid berperilaku baik dan
taat kepada nilai dan norma, baik norma hukum, sosial, dan agama. Hamid seorang
anak muda yang baru berusia kira-kira 23 tahun, badannya kurus lampai,
rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung seorang diri.
2)
Zainab
Zainab
mempunyai watak berubah/roud character. Tokoh Zainab ini digambarkan oleh
pengarang mengalami perubahan wataknya, setelah terjadi peristiwa, yaitu: Hamid
pergi tanpa memberi tahu dirinya. Zainab seorang gadis yang baik, walaupun ia
anak orang kaya tetapi dia mau berteman dengan orang miskin.
Zainab
lahir dan tumbuh pada keluarga kaya dengan didikan orang tua yang memegang
agama, peramah, dan mencintai orang miskin. Sehingga wataknya tak jauh dari
dari kedua orang tuanya yaitu rendah diri. Zainab seorang gadis yang lemah. Zainab
menjadi putus asa.
3)
Tokoh
Haji Ja’far
Tokoh
Haji Ja’far mempunyai watak datar atau flat character. Dalam cerita ini, Haji
Ja’far intensitas keterlibatanya hanya digambarkan sedikit, itu pun memiliki
watak tidak berubah. Haji Ja’far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
4)
Mak
Asiah
Mak Asiah
mempunyai watak datar/flat character, karena intensitas keterlibatannya juga
sedikit. Sama halnya dengan dengan Haji Ja’far, Mak Asiah pun memiliki watak
dermawan dan rendah hati, serta memiliki rasa belas kasihan. Watak Mak Asiah,
yaitu: penyayang. Mak Asiah memiliki watak hatinya mudah tersentuh, ketika
mendengar kesusahan orang lain.
5)
Tokoh
Ibu
Ibu
digambarkan menjadi seorang tokoh yang mengalami perubahan watak. Pada bagian
lain ibu memiliki watak putus asa, tetapi dibagian lain lagi ibu memiliki watak
tidak putus harapan. Kadangkala ibu seorang pemarah, seorang yang penuh kasih
sayang. Ibu bersifat sabar. Ibu juga memiliki sifat penyayang, ia tidak
menginginkan Hamid sedih, dan ia juga tidak mengharapkan anaknya tak punya
teman, sehingga disuruhya Hamid untuk bermain.
6)
Tokoh
Saleh
Tokoh
Saleh mempunyai watak berubah/roud character. Pada sisi lain Saleh memiliki
watak susah memegang rahasia, tapi pada sisi lain lagi ia seorang yang setia
kawan.
7) Tokoh Rosna
Tokoh
Rosna mempunyai watak flat character atau watak datar. Dari awal sampai akhir
watak Rosna digambarkan tidak ada perubahan. Rosna memiliki watak setia dan
teguh hati. Rosna juga memiliki watak mudah tersentuh.
8)
Tokoh
Aku (Pengarang)
Tokoh
aku memiliki watak datar. Tokoh aku
memiliki watak lemah hati.Tokoh Aku memiliki watak mudah dipercaya.
e.
Latar
atau Setting
1)
Latar
Tempat
a. Di Mekah b.
Di Kota Padang
c. Di Rumah d.
Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang f. Di Padang Panjang
g. Pekuburan Ma’ala
2) Latar Waktu
a. Tahun 1927 b.
Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah d. Pagi
e. Hari Minggu f.
Malam
g. Sore
3)
Latar
Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial keagamaan
b. Lingkungan sosial penghasilan rendah
4)
Latar
Suasana
a. Suasana sedih
b. Suasana Bahagia
f.
Gaya
1.
Gaya pengarang
Gaya
pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan bentuk narasi dan
deskripsi. Pengarang mengungkapkan tema yang dipilihnya dengan bahasa yang
halus, disertai dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan keagamaan. Dia
memilih susunan peristiwa agak berbelit-belit, karena dalam cerita ada sebuah
cerita, sehingga membutuhkan ketelitian bagi pembaca. Tokoh yang ditampilkan
diungkapkan secara terang-terangan. Untuk setting banyak perubahan, pada bagian
awal latar tempat digambarkan di Mekah, pada penggambaran selanjutnya dibeda
tempat, sehingga susah dicerna oleh pembaca. Dia menyusun plot tanpa dimulai
dari awal, tetapi pada bagian amanat sangat jelas tergambar. Hal tersebut dapat
dilihat dari bukti di bawah ini.
a. Bahasa-bahasa yang digunakan berhubungan
dengan keagamaan.
b. Karakter-karakter tokoh yang ditampilkan
diungkapkan secara terang-terangan.
c. Setting tempat banyak perubahan.
2.
Gaya bahasa
Gaya
bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai
berikut.
a. Gaya bahasa asosiasi b. Gaya bahasa hiperbolisme
c. Gaya bahasa antithese d. Gaya bahasa personifikasi
e. Gaya bahasa repetisi f. Gaya bahasa klimaks
g. Gaya bahasa euphimisme h. Gaya bahasa
metaphora
i. Gaya bahasa pleonasme
g.
Amanat
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di
Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah
sebagai berikut:
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih
bijak dan memahami perasaan orang lain, serta harus bersabar dan dapat menerima
kenyataan walau menyakitkan.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan
mempertahankan cinta.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di
Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah
sebagai berikut:
a) Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta
dengan jalan lurus, artinya harus dengan jalan ridho Ilahi.
b) Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya
akan membawa duka.
c) Belajarlah dengan sungguh-sungguh.
4.
Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
1)
Identitas Buku