Minggu, 09 Juni 2013

Bahasa Indonesia

1.      Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1)      Identitas Buku
Judul                           : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang                   : Tere Liye
Penerbit                      : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit                           : November 2011
Jumlah halaman           : 256 halaman
Warna sampul             : Hijau-coklat
Ukuran sampul            :13.5 x 20 cm
Harga novel                 : Rp.45.000
Jumlah cetakan            : 264
Kota terbit                   : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta
ISBN                           : 978-979-22-5780-9
No Produk                  : 40101100021

2)      Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
      Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.

3)      Unsur intriksik
a.       Tema     : Cinta yang dirahasiakan dan menyakitkan
b.      Gaya Bahasa:
a)      Hiperbola        : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
b)      Metafora         : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)      Personifikasi    :Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)     Personifikasi    :Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)

c.       Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d.      Tokoh dan Penokohan:
Tania:
·         Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
·         Ramah (Disukai banyak orang)
·         Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
·         Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
·         Suka iseng
·         Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
·         Sifat polos yang kental
Ibu
·         Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
·         Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)

Danar :
·         Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
·         Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
·         Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
·         Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
·         Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
·         Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
            Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)

e.       Alur          : Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
f.       Latar        :
Tempat            : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu             : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana           : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
g.      Amanat    :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya, berusahalah meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
h.      Plot           :
·         Perkenalan:
 Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.

·         Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
·         Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
·         Antiklimaks:
 Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.

4)      Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)


2.      Resensi Novel Cinta Suci Zahrana
1)      Identitas Buku
Novel 6.jpg

Judul                           : Cinta Suci Zahrana
Nama pengarang         : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                      : Ikwah Publishing House
Terbit                           : Mei 2011
Cetakan                       : Pertama
Kota Terbit                  : Jakarta Selatan
Jumlah halaman           : 284 halaman
Warna sampul             : Coklat
Ukuran sampul            :15 x 25 cm
Harga novel                 : Rp.47.000
Kategori                      : Novel Dewasa
ISBN                           : 978-602-98221-6-8

2)      Sinopsis Novel Cinta Suci Zahrana
Cinta Suci Zahrana menceritakan seorang tokoh  yakni Zahrana yang memiliki keinginan untuk berjuang dalam menuntut ilmu sampai ke jenjang S3 di luar negeri yakni di Cina. Dengan kegigihannya dalam berjuang melupakan dia dalam membangun rumah tangga. Namun, orangtua dan temannya menyadarkan dia untuk menikah sebelum melanjutkan studi S3-nya. Ia pun tersadar dengan sendirinya dan mengubah pendiriannya untuk mengikuti nasehat dari orangtua dan temannya. Ia mengubah untuk membangun rumah tangga sebelum melanjutkan studinya. Namun, setelah ia menikah, ia tetap bertekad untuk melanjutkan studinya di luar negeri seperti yang dicita-citakan.
Zahrana akhirnya memutuskan untuk memilih suami yang berakhlak mulia untuk dijadikan imam bagi anak-anaknya. Dengan pilihannya tersebut, ia menolak beberapa lamaran bahkan lamaran Pak Sukarman yang merupakan dekannya yang sangat ia hormati pun ditolak karena akhlaknya yang kurang baik di mata Zahrana. Meskpun di umur yang sudah tua yakni 34 tahun, ia tidak perduli, yang penting baginya adalah impiannya untuk menikah dengan suami yang dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya. Hal ini dilakukan karena Zahrana ingin rumah tangganya bahagia dan memiliki anak-anak yang saleh.
Kekuatan niatnya akhirnya membuahkan hasil yang ia harapkan. Ia akhirnya menikah dengan mahasiswanya Hasan. Hasan terkenal dengan watak yang seperti ia harapkan. Setelah pernikahannya dengan Hasan akhirnya ia melanjutkan studinya di Cina dengan biaya beasiswa yang dijanjikan salah seorang dosen yang ada di Universitas tempat Zahrana studi. Akhirnya kebahagiaanlah yang dialami Zahrana. Kebahagiaan karena impiannya tercapai yakni menikah dengan suami yang berakhlak mulia dan dapat melanjutkan perjuangannya untuk menuntut ilmu di luar negeri dengan biaya beasiswa.
3)       Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Nurgiyantoro (2010:70). Tema dalam novel tersebut adalah cita-cita atau keinginan yang tulus akan dapat tercapai apabila selalu berusaha, berdoa dan tawakal. Kegigihan seorang Tokoh Zahrana dalam mengejar cita-cita hingga lalai dalam membina rumah tangga. Tema tersebut tergambar dari perjuangan seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya sesuai dengan idamannya, yakni yang tampan, saleh, cerdas, dan dapat dijadikan imam bagi rumah tangganya demi kebahagiaan dalam menempuh hidup berumah tangga. Meskipun ditengah perjuangannya, banyak kejadian-kejadian yang dapat membuat zahrana kecewa, namun zahrana tetap sabar dalam menghadapinya.

b.      Alur
Suatu alur cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita di mana bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan, sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan yang utuh. Alur terbagi dari tiga bagian, yaitu alur maju, alur mundur dan alur bolak balik. Alur maju adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari awal hingga akhir. Alur mundur adalah alur yang urutan peristiwanya menceritakan dari kini berbalik ke dulu. Alur bolak balik adalah alur yang urutan peristiwa berbentuk bolak balik, cerita bergerak maju lalu kadang mundur dan maju kembali, alur seperti ini juga sering disebut alur campuran. (Hamidy, 2001: 26).
Berdasarkan analisis, alur yang digunakan pengarang adalah alur maju. Hal ini dapat dilihat dari Zahrana yang merasakan kebahagiaan yang tidak sempurna terhadap prestasi yang diraihnya. Disebabkan teringat oleh orang tuanya yang tidak merespon baik penghargaan yang diraihnya, pada tujuannya adalah untuk membahagiakan orang tuanya. “tetapi kenapa orangtuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan? Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah undangan istimewa dan luar biasa” (2011:2) Selanjutnya, orang tuanya mendesak agar cepat membina rumah tangga, namun ia masih juga belum menemukan pasangan yang tepat. Kemudian datanglah sesosok pak Karman yang sangat buruk dimata Zahrana, lamaran itu ditolak. Setelah itu, Zahrana ingin menikah dengan seorang pedagang kerupuk keliling, tetapi nasib berkata lain, pedagang kerupuk itu meninggal dunia sehari sebelum resepsi pernikahan. Akhirnya, Zahrana menemukan sosok Hasan, seorang mahasisiwa yang pernah menjadi mahasiswanya tersebut dan menikah dengan Hasan. Barulah Zahrana melanjutkan studinya S3 ke China bersama Hasan untuk S2.
c.        Latar
“Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung”. (Stanton, 2007: 35).
Adapun dalam novel Cinta Suci Zahrana memiliki latar tempat di Semarang, UNDIP, Yogyakarta, UGM, Bandung, ITB, China (Beijing), Pesantren, dan di Masjid.
d.      Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara segaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang terbagi tiga, yaitu: (1) sudut pandang persona ketiga “Dia”, yang terdiri dari “dia” maha tahu dan “Dia” terbatas, “Dia” sebagai pengamat. (2) sudut pandang persona pertama: “Aku”, terdirir dari “Aku” tokoh utama dan “Aku” tokoh tambahan. (3) sudut pandang Campuran. (Nurgiyantoro, 2010:248-266)
Pengarang mengggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” maha tahu. Terlihat dalam kutipan berikut ini.
“hari sudah gelap. Pak Munajat masih di mushalla. Seperti biasa orang tua itu akan tetap berada di mushalla sampai isya. Bu Nuriyah membaca Al-Quran dengan mengeja terbata-bata. Zahrana merasa lebih segar tubuhnya. Setelah istirahat, mandi dan sholat maghrib ia kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil mendengarkan ibunya mengaji”. (2011: 154)
e.       Gaya Bahasa
Gaya adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. (Nurgiyantoro, 2010: 227)
Berdasarkan analisis, pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa bahasa jawa. Seperti, “yang penting pesan ibu, tutukno sekolahmu. Sekolaho sak duwur-duwure yo ndukben ora asor uripmu”. (2011:8).
f.       Tokoh dan Penokohan
“Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita” (Nurgiyantoro, 2010: 165).Berikut beberapa tokoh yang terdapat dalam novel tersebut:
1.      Tokoh Zahrana yang selalu sabar dalam menanti jodoh yang shaleh, yang memiliki prestasi belajar cukup baik hingga sampai ke China.
2.      Tokoh kedua orang tua zahrana yang terus mendesak agar cepat menikah dan tak ingin zahrana terus mengejar prestasinya yang terlalu sering diraihnya.
“Bu! Tanya anakmu ini, sampai kapan dia mau senang-senang cari gelar, cari penghargaan, dipuji-pujikepinteranny. Sampai lupa umur dan jadi perawan tua. Sampai kapan begini terus?” kata Pak Munajat lebih keras.(2011:115)
3.      Tokoh Pak Karman adalah seorang dekan Fakultas Teknik yang memiliki sifat yang buruk, yang sangat tidak terpuji. Sifat pak Karman yang tergambar jelas dari pesan singkat, saat Zahrana menolak lamarannya.
 ”Sedang apa perawan tua?”
”Ternyata jadi perawan itu indah”
”Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging Tuamu yang sudah busuk di kerubung lalat”. (2011:223)
4.      Tokoh Lina sebagai sahabat zahrana yang baik, yang selalu mendengarkan semua keluhan zahrana.
“wajah sejik sahabatnya terbayang dipelupuk matanya. Ia sangat beruntung punya sahabat sebaik Lina. Meneduhkan dikala gelisah, dekat dikala susah, mengobati dikala sakit dan mesra dikala bahagia. Itulah sahabat sejati. Itulah Lina”. (2011:21)
g.      Amanat
Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah seorang harus sabar, tawakal, beusaha dan berdoa dalam menempuh cita-citanya serta selalulah memohon kepada Allah SWT dalam memilih jodoh.
Unsur Ekstrinsik
a.       Kepengarangan
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY yang lahir di Semarang 30 September 1976. Merupakan alumni dari Universitas Al Azhar. Banyak menulis karya yang membangun jiwa. Novelnya yang terkenal salah satunya adalah Ayat-Ayat Cinta. Karyanya sarat akan pesan-pesan islami, pesan-pesan yang mendidik untuk seluruh umat manusia. Kini selain menulis dan berdakwah, beliau juga menjadi Liga Sastra Islami Dunia (The International League for Islamic League) atau Rabithatul Adab Al Islam Al’Alamiyyah, cabang Indonesia, sebuah wadah bagi sastrawan muslim terkemuka didunia islam yang berpusat di Riyadh, Saudi Arabia.
Berikut adalah beberapa penghargaan yang diterimanya:
1.      PENA AWARD 2005, Novel Terpuji Nasional, dari forum Lingkar Pena.
2.      THE MOST FAVORITE BOOK 2005, versi majalah Muslimah.
3.      REPUBLIKA AWARD, sebagai TOKOH PERUBAHAN INDONESIA 2007.
4.      PENGHARGAAN SASTRA NUSANTARA 2008, sebagai sastrawan kreatif yang mampu menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh PUSAT BAHASA dalam Sidang Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA).

b.      Nilai moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. (Nurgiyantoro, 2010: 320). Pengarang mengharapkan para pembaca agar mencontoh tokoh Zahrana yang sanagt-sangat peduli dengan pendidikan. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan seorang wanita jarang sekali mengejar pendidikannya hingga Doktor, namun pengarang menanpilkan tokoh Zahrana yang mampu mengubah pemikiran tersebut. Tokoh Zahrana juga sangat berhat-hati dalam memilih jodoh, ia terus berusaha menemukan sosok yang mampu memimpinnya kelak, seorang suami yang shaleh.


3.      Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
1)      Identitas Buku
Novel 7.jpg

Judul                           : Di Bawah Lindungan Ka’bah
Nama pengarang         : Hamka
Penerbit                      : Bulan Bintang
Terbit                           : Oktober 2001
Jumlah halaman           : 84 halaman
Warna sampul             : Coklat-orange
Harga novel                 : 10.000
Jumlah cetakan            : 26
Kota terbit                   : Jakarta
ISBN                           : 979-418-063-7
No Produk                  : 2001-014.26
2)      Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
Hamid adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin, sejak berusia empat tahun ia telah menjadi yatim. Setelah itu ia diangkat anak oleh keluarga Haji Jafar yang kaya raya. Haji Jafar sangat menyayangi Hamid sama seperti kepada anaknya, Zainab. Hamid juga disekolahkan bersama-sama dengan Zainab di Sekolah rendah.
Hamid dan Zainab saling menyayangi.Kemanapun mereka selalu bersama-sama. Ketika keduanya beranjak remaja, dalam hati masing-masing tumbuh perasaan lain. Mereka merasakan kasih sayang yang bukan hadir antara adik dan kakak.Perasan itu hanya mereka pendam di dalam hati.Hamid tidak berani mengungkapkan isi hatinya, karena dia sadar bahwa dirinya dengan Zainab memiliki perbedaan yang sangat jauh.Zainab anak orang kaya dan terpandang, sementara dirinya anak orang miskin.
Jurang pemisah itu semakin lama semakin dirasakan Hamid.Berbagai peristiwa membuat dirinya lemah.Peristiwa yang pertama Haji Jafar meninggal dunia, tidak lama kemudian disusul oleh ibunya. Kini ia telah yatim piatu yang miskin. Semenjak kematian Haji Jafar, Hamid tidak bebas lagi menemui Zainab karena Zainab dipingit oleh mamaknya.
Semakin bertambah sedih hatinya, ketika mamaknya, Asiah meminta dirinya untuk memebujuk Zainab supaya mau menerima pemuda pilihan mamaknya.Dengan berat hati Hamid menurutinya. Zainab sangat sedih, dalam hatinya ia menolak kenyataan itu. Karena tidak sanggup menanggung beban hatinya, Hamid meninggalkan kampung halamannya tanpa memberitahu kepada Zainab.Ia pergi ke Medan, setelaha di Medan ia mengirim surat kepada Zainab dengan mencurahkan segala isi hatinya. Dari Medan ia melanjutkan perjalanan ke Singapura, kemudian ke Tanah Suci Mekah.
Setelah ditinggalkan oleh Hamid, semangat hidup Zainab semakin berkurang.Ia merasa tersiksa menahan kerinduan kepada Hamid. Begitupun dengan Hamid, ia selalu gelisah menahan kerinduan kepada Zainab. Selama di Mekah Hamid bekeraja pada sebuah penginapan milik seorang syekh, sambil memperdalam ilmu agama dengan tekun.
Setelah setahun Hamid berada di Mekah.Suatu ketika tibalah musim haji, di tempatnya bekerja banyak jemaah haji yang menginap. Diantara jemaah haji itu ada seseorang yang ia kenal yaitu Saleh teman sekampungnya. Betapa bahagia kedua bersahabat itu.Selain sebagai teman sepermainannya dahulu, istri Saleh yaitu Rosna adalah teman dekatnya Zainab. Dari Saleh ia dapat mengetahui tentang kampungnya dan tentang keadaan Zainab.
Dari Saleh juga, ia mengetahui kalu Zainab mencintainya juga. Sejak kepergian Hamid, Zainab sakit-sakitan.Sebab itulah Zainab tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan mamaknya.Sementara orang yang sangat dicintainya pergi entah ke mana.Dia selalu menanti dengan penuh harap.Mendengar seperti itu perasaan Hamid bercampur baur, antara bahagia dan sedih.Bahagia karena dia tau Zainab mencintainya, sedih karena Zainab menderita fisik.Hamid merencanakan kembali pulang ke kampung halamannya.
Setelah pertemuan itu, Saleh langsung mengirim surat kepada Rosna menceritakan pertemuannya dengan Saleh. Rosna langsung memberikan surat itu kepada Zainab. Betapa bahagianya hati Zainab mendapat kabar itu, semangat hidupnya tumbuh lagi dan ia merasa semakin rindu kepada Hamid. Ia pun langsung menulis surat untuk Hamid. Hamid menerimanya dengan suka cita. Semakin bergeloralah semangatnya untuk menyelesaikan ibadah haji, agar ia cepat-cepat dapat pulang ke kampung halamannya. Dalam keadaan sakitpun ia tetap wukup. Kondisi tubuhnya semakin melemah, nafsu makannya menurun dan suhu badannya sangat tinggi.
Karena keadaannya yang kurang stabil, Saleh tidak sanggup memberitahukan kabar tentang Zainab.Namun Hamid mempunyai firasat, karena desakannya akhirnya Saleh memberitahukan bahwa Zainab telah meninggal.Keesokan harinya Hamid tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina, namun dalam perjalanan dia lunglai.Karena melihat sahabatnya seperti itu, Saleh mengupah orang baduy untuk memapah Hamid.Setelah acara di Mina, mereka kemudian menuju Masjidil Haram.Setelah mengelilingi Ka’bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah.Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti untuk selama-lamanya.
3)      Analisis unsur Fiksi dalam novel Cinta Suci Zahrana
Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ini bertemakan tentang cinta terhalang kelas sosial. Ini dibuktikan dengan kutipan berikut. Mustahil dia akan dapat menerima cinta saya, karena dia langit dan saya ini bumi, bangsanya tinggi, dan saya hidup darinya tempat buat lekat hati Zainab. Jika kelak datang waktunya orang tua bermenantu, mustahil pula saya akan termasuk dalam golongan orang yang terpilih untuk menjadi menantu Engku Haji Ja’far. Karena tidak ada yang akan diharapkan dari saya. Tetapi Tuan… kemustahilan itulah yang kerap kali memupuk cinta.
Kutipan di atas menggambarkan semua persoalan tentang novel.Dimana Hamid saat itu menimbang diri dengan kenyataaan yang ada.Dia merasa tak sederajat dengan Zainab, hingga berbelit-belit masalah dalam pikirannya. Disisi lain ia tak dapat membohongi hatinya sendiri bahwa ia mencintai Zainab, tapi disisi lain ia juga sadar dengan keadaan dirinya yang tak punya apa-apa.
Selain temanya “Cinta terhalang kelas sosial,” penulis menafsirkan tema yang lain yaitu “Kasih tak sampai”. Ini dibuktikan dengan keduanya (Hamid dan Zainab) mengetahui perasaan masing-masing, tetapi setelah kebahagiaan mengetahui perasaan masing-masing itu mereka menderita menahan rindu. Zainab karena tak kuatnya menahan rindu kepada Hamid ia menjadi sakit-sakitan, sampai ia meninggal dunia. Disusul pula dengan Hamid, Hamid meninggal ketika sedang tawaf.Sebelum mereka bertemu dalam ikatan yang sah atau menikah keduanya telah dipanggil oleh Allah SWT.
Kematian Hamid dibuktikan dengan kutipan berikut. Dibibirnya terbayang suatu senyuman dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini., dengan keizinana Tuhannya. Di bawah lindungan ka’bah! Sementara kematian Zainab dibuktikan dalam surat Rosna kepada Saleh dengan kutipan berikut.Pada malam 9 Zulhijjah panasnya naik dari biasa. Kira-kira pukul 2 tengah malam dipandangnya adinda tenang-tenang, kemudian pula album yang terletak di meja tulisnya; adinda pun mengertilah apa yang dimaksudnya. Adinda ambil album itu dan adinda buka.Demi dilihatnya gambar Hamid, jatuhlah dua tetes air mata yang bulat dari mata yang telah cekung itu, diambilnya tangan adinda dan tangan ibunya, dibawanya kedadanya. Maka dengan berangsur-angsur laksana lampu yang kehabisan minyak, bercerailah badannya dengan sukmanya

b.      Alur/Plot
Susunan alur atau plot dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
·         Pengarang mulai melukiskan keadaan
Cerita ini dimulai saat pengarang melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji. Ketika menginjakan kaki di tanah suci, aku menumpang di rumah seorang syekh yang pekerjaan dan pencahariaannya dari memberi tumpangan bagi orang haji. Di tempat tumpangan itu si Aku bertemu dengan seorang pemuda yang berusia kira-kira 23 tahun. Pemuda itu menurut syekh berasal dari Sumatra. Dalam beberapa hari si Aku dapat berkenalan dengannya. Tetapi baru saja dua bulan si Aku bergaul dengannya, pergaulan itu terusik oleh seorang jemaah dari Padang. Nama Jemaah yang baru itu yaitu Saleh dan sahabat saya sebelumnya yaitu bernama Hamid. Karena merasa penasaran dengan perubahan sifat itu, suatu malam si Aku memberanikan diri menanyakan sebab perubahan sifat itu.
·         Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak
Fase ini merupakan fase yang menceritakan Hamid memiliki perasan yang lain terhadap Zainab. Perasaan sayang yang dahulu dirasakan seorang kakak terhadap seorang adik, tetapi kini perasaan itu berubah menjadi rasa sayang seorang seorang laki-laki remaja terhadap gadis remaja.
Bermula saat Hamid dan Zainab tamat tamat sekolah. Seperti biasa karena Zainab anak perempuan ia tidak melanjutkan sekolah, sementara Hamid karena anak laki-laki ia dapat meneruskan sekolah. Itu pun karena bantuan dari Engku Haji Ja’far. Hamid melanjutkan cita-citanya itu di Padang Panjang. Tetapi sejhak ia pindah ke Padang Panjang, ia merasa kesepian. Ia merasa kehilangan teman yang selalu menemaninya Zainab.

·         Keadaan mulai memuncak
Pada fase ini diceritakan bahwa Hami2d mendapatkan musibah besar yang tak disangka-sangkanya secara berturut-turut, yaitu meninggalnya Haji Jafar dan ibunya. Semenjak kepergian Haji Ja’far itu, semuanya menjadi berubah. Hamid tak dapat leluasa menemui Zainab, karena Zainab telah dipingit oleh mamaknya.
·         Peristiwa mencapai klimaks
Fase ini merupakan fase yang sangat dahsyat dalam perjalanan cerita. Sudah sedih kehilangan dua orang yang sangat dicintai yaitu Haji Ja’far dan Ibunya, kini ia dihadapkan pada satu perintah yang bertolak belakang dengan keinginanya. Mak Asiah meminta Hamid untuk melunakan hati Zainab supaya Zainab mau dipertunangkan dengan seorang laki-laki kemenakan almarhum haji Ja’far yang ada di Padang Hulu.
·         Pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa
Ketika di Mekah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat bahagia Hamid. Saleh juga memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tau hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang kebetulan Rosna adalah teman sepermainannya Zainab. Dibuktikan lagi dengan surat yang dikirim Zainab kepada Hamid.
Jadi, berdasarkan uraian di atas susunan alur/plot novel Di Bawah Lindungan Ka’bah Karaya Haji Abdul Malik Karim Amrulla (HAMKA) dapat dikatakan sebagai plot sorot balik atau flasback.
c.       Tokoh dan Perwatakan
1)      Hamid sebagai tokoh utama karena Hamid digambarkan dalam cerita hampir menjelajahi seluruh persoalan.
2)      Zainab sebagai tokoh utama karena Zainab tokoh yang menjadi kejaran Hamid dan hampir menjelajahi seluruh persoalan.
3)      Ibu sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya hanya saat-saat tertentu dan tidak menjelajahi seluruh persoalan dalam cerita.
4)      Haji Ja’far sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
5)      Mak Asiah sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
6)      Saleh sebagai tokoh bawahan karena kehadiranya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
7)      Rosna sebagai tokoh bawahan karena kehadirannya dalam cerita tidak menjelajahi seluruh persoalan.
d.      Penggambaran watak tokoh-tokoh
1)      Tokoh Hamid
Tokoh Hamid mempunyai watak berubah/roud character. Pada bagian lain Hamid digambarkan sebagai seorang laki-laki yang tabah dan sabar serta tegar. Pada penggambaran ini dinamika kepribadian Hamid yang dominan yaitu superego yang menguasai aspek atau tugas kerja id dan ego…sehingga Hamid berperilaku baik dan taat kepada nilai dan norma, baik norma hukum, sosial, dan agama. Hamid seorang anak muda yang baru berusia kira-kira 23 tahun, badannya kurus lampai, rambutnya hitam berminyak, sifatnya pendiam, suka bermenung seorang diri.
2)      Zainab
Zainab mempunyai watak berubah/roud character. Tokoh Zainab ini digambarkan oleh pengarang mengalami perubahan wataknya, setelah terjadi peristiwa, yaitu: Hamid pergi tanpa memberi tahu dirinya. Zainab seorang gadis yang baik, walaupun ia anak orang kaya tetapi dia mau berteman dengan orang miskin.
Zainab lahir dan tumbuh pada keluarga kaya dengan didikan orang tua yang memegang agama, peramah, dan mencintai orang miskin. Sehingga wataknya tak jauh dari dari kedua orang tuanya yaitu rendah diri. Zainab seorang gadis yang lemah. Zainab menjadi putus asa.
3)      Tokoh Haji Ja’far
Tokoh Haji Ja’far mempunyai watak datar atau flat character. Dalam cerita ini, Haji Ja’far intensitas keterlibatanya hanya digambarkan sedikit, itu pun memiliki watak tidak berubah. Haji Ja’far mempunyai watak baik hati dan dermawan.
4)      Mak Asiah
Mak Asiah mempunyai watak datar/flat character, karena intensitas keterlibatannya juga sedikit. Sama halnya dengan dengan Haji Ja’far, Mak Asiah pun memiliki watak dermawan dan rendah hati, serta memiliki rasa belas kasihan. Watak Mak Asiah, yaitu: penyayang. Mak Asiah memiliki watak hatinya mudah tersentuh, ketika mendengar kesusahan orang lain.
5)      Tokoh Ibu
Ibu digambarkan menjadi seorang tokoh yang mengalami perubahan watak. Pada bagian lain ibu memiliki watak putus asa, tetapi dibagian lain lagi ibu memiliki watak tidak putus harapan. Kadangkala ibu seorang pemarah, seorang yang penuh kasih sayang. Ibu bersifat sabar. Ibu juga memiliki sifat penyayang, ia tidak menginginkan Hamid sedih, dan ia juga tidak mengharapkan anaknya tak punya teman, sehingga disuruhya Hamid untuk bermain.
6)      Tokoh Saleh
Tokoh Saleh mempunyai watak berubah/roud character. Pada sisi lain Saleh memiliki watak susah memegang rahasia, tapi pada sisi lain lagi ia seorang yang setia kawan.

7)      Tokoh Rosna
Tokoh Rosna mempunyai watak flat character atau watak datar. Dari awal sampai akhir watak Rosna digambarkan tidak ada perubahan. Rosna memiliki watak setia dan teguh hati. Rosna juga memiliki watak mudah tersentuh.
8)      Tokoh Aku (Pengarang)
Tokoh aku memiliki watak datar.  Tokoh aku memiliki watak lemah hati.Tokoh Aku memiliki watak mudah dipercaya.
e.       Latar atau Setting
1)      Latar Tempat
a. Di Mekah                                                    b. Di Kota Padang
c. Di Rumah                                                    d. Di Halaman Rumah
e. Di Puncak Gunung Padang                         f. Di Padang Panjang
g. Pekuburan Ma’ala
2)      Latar Waktu
a. Tahun 1927                                                 b. Bulan Ramadan, Bulan Syawal
c. Bulan Zulhijjah                                            d. Pagi
e. Hari Minggu                                                f. Malam
g. Sore
3)      Latar Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial keagamaan
b. Lingkungan sosial penghasilan rendah
4)      Latar Suasana
a. Suasana sedih                     
b. Suasana Bahagia 
f.       Gaya
1.      Gaya pengarang
Gaya pengarang dalam mengungkapkan seluruh cerita adalah dengan bentuk narasi dan deskripsi. Pengarang mengungkapkan tema yang dipilihnya dengan bahasa yang halus, disertai dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan keagamaan. Dia memilih susunan peristiwa agak berbelit-belit, karena dalam cerita ada sebuah cerita, sehingga membutuhkan ketelitian bagi pembaca. Tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan. Untuk setting banyak perubahan, pada bagian awal latar tempat digambarkan di Mekah, pada penggambaran selanjutnya dibeda tempat, sehingga susah dicerna oleh pembaca. Dia menyusun plot tanpa dimulai dari awal, tetapi pada bagian amanat sangat jelas tergambar. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti di bawah ini.
a. Bahasa-bahasa yang digunakan berhubungan dengan keagamaan.
b. Karakter-karakter tokoh yang ditampilkan diungkapkan secara terang-terangan.
c. Setting tempat banyak perubahan.
2.      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang banyak dituangkan pengarang dalam memperkuat cerita novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut.
a. Gaya bahasa asosiasi                                   b. Gaya bahasa hiperbolisme
c. Gaya bahasa antithese                                 d. Gaya bahasa personifikasi
e. Gaya bahasa repetisi                                    f. Gaya bahasa klimaks
g. Gaya bahasa euphimisme                            h. Gaya bahasa metaphora
i. Gaya bahasa pleonasme 
g.      Amanat
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih bijak dan memahami perasaan orang lain, serta harus bersabar dan dapat menerima kenyataan walau menyakitkan.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan mempertahankan cinta.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut:
a) Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta dengan jalan lurus, artinya harus dengan jalan ridho Ilahi.
b) Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya akan membawa duka.
c) Belajarlah dengan sungguh-sungguh.


4.      Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
1)      Identitas Buku
Novel 2.jpg